Kamis, 27 September 2012

REVIEW - Premium Rush

Joseph Gordon Levitt adalah bintang muda yang sedang naik daun. Berkat akting-aktingnya yang ciamik di semua film yang diperankannya. Premiu... thumbnail 1 summary
Joseph Gordon Levitt adalah bintang muda yang sedang naik daun. Berkat akting-aktingnya yang ciamik di semua film yang diperankannya. Premium Rush, film yang dibintanginya sudah merilis trailernya jauh-jauh hari. Bagaimana dengan premis cerita yang diberikan?

Berceritakan tentang Wilee, kurir sepeda yang terpercaya mendapatkan sebuah tugas khusus untuk mengirimkan sebuah amplop yang berisikan sebuah tiket yang ternyata merupakan berisikan uang. Mr. Monday anggota NYPD mengincar tiket tersebut untuk membayar hutangnya saat berjudi. Konflik-konflik pun terjadi di film ini.
Menawarkan trailer yang menawan sehingga saya sangat menanti-nantikan film besutan David Koepp ini.  Film ini pun semenawan trailer yang saya impikan. Mempunyai konsep menarik dengan gaya penceritaan yang bagus adalah nilai plus dari film ini. Sudut pandang yang diberikan adalah sudut pandang dari Wilee. Sudut pandang di film ini menjadi menarik saat Wilee menggunakan taktik nya untuk mengambil jalan yang pas untuknya bersepeda. Sukses mengeksekusi konsep cerita tersebut dengan aksi dari sepeda yang membuat film ini berbeda daripada yang lain. Kejar-kejaran menggunakan media sepeda ini juga tetap dikemas dengan epik setara dengan kejar-kejaran dengan media mobil ala Fast and Furious. Menggunakan konsep alur maju-mundur sehingga membuat film ini sangat berkesan. Mengingatkan saya dengan karya masterpiece dari sutradara favorit saya Christoper Nolan dengan film "Memento", meski tidak se-mindblowing Memento. tetapi alur maju-mundur yang ditawarkan juga cukup menarik perhatian saya. Film ini mempunya alur cerita yang ringan dan mudah dipahami tanpa perlu mengerutkan dahi dan bermain-main dengan otak kita. Kisah dengan alur maju-mundur adalah favorit saya. Tetapi, tak banyak film yang berhasil dengan formula ini. Premium Rush adalah salah satunya yang mampu mengeksekusinya dengan benar meskipun tak se-fantastis yang saya pikirkan.Tensi ketegangan yang dijaga dari awal film hingga akhir sehingga saya sebagai penonton menikmati apa yang disajikan di layar bioskop.
 
Bukan gagal menceritakan alur cerita maju-mundur di film ini. Lebih tepatnya kurang penjabaran yang lebih tentang motif Mr. Monday berusaha untuk merebut amplop itu dari tangan Wilee. Meski yang diceritakan cukup jelas, tetapi banyak hal yang membuat motif Mr.Monday ini terkesan cepat dan tak terjabarkan dengan baik. Akhirnya saya sebagai penikmat film ini merasa kurang memahami konflik yang terjadi di Mr.Monday. Bukan hanya motif Mr.Monday, Latar belakang Nima untuk menggunakan tiket tersebut juga kurang dijabarkan lebih dalam. Konflik Wilee-Mr.Monday dan Wilee-Polisi Sepeda berhasil diangkat. Tetapi, dobel konflik ini menjadi rancu sehingga saya sudah skeptis dan meremehkan penyelesaian yang terjadi di film ini. Alhasil, konflik Wilee dengan Polisi Sepeda memang sudah seperti yang saya duga sebelumnya. Memberikan penyelesaian yang biasa saja dan terkesan dibiarkan. 
Beruntunglah, Joseph Gordon Levitt sangat mewarnai scene demi scene film ini sehingga saya betah duduk berlama-lama di kursi. Joe berhasil mengangkat karakter Wilee dengan emosional dan kuat. Kekonyolan wajah dari Michael Shannon membuat saya gemas dengan ulah jahatnya yang semena-mena akan tetapi sedikit kurang berkesan. Tetapi beruntunglah kelebihan akting Joe setidaknya menutupi kekurangan para pemain yang mungkin kurang bisa mengimbangi aura bintang Joe yang sudah banyak dipuji kritikus itu. 
Overall, Premium Rush adalah sebuah film aksi yang thrilling, entertaining, dan unique. Meski adanya kekurangan sana sini tetapi film ini masih sangat layak untuk disaksikan terlebih dengan gaya visualisasi penceritaan dengan sudut pandang Wilee yang mengagumkan serta pengeksekusian yang benar dengan alur maju-mundur yang diberikan. 

Kamis, 20 September 2012

REVIEW - TED

Seth MacFarlane sutradara dari serial komedi Family Guy yang cukup sukses dan terkenal dan juga termasuk acara favorit saya mencoba peruntun... thumbnail 1 summary
Seth MacFarlane sutradara dari serial komedi Family Guy yang cukup sukses dan terkenal dan juga termasuk acara favorit saya mencoba peruntungannya di sebuah Film debutnya. Film berjudul "TED" yang bergenre kan Drama Komedi Dewasa apakah berhasil memberikan sajian komedi yang epic?

Berceritakan tentang John Bennet yang saat kecil tidak mempunyai teman. Saat Natal, dia mendapatkan kado natal dari orang tuanya sebuah boneka beruang yang diberi nama "Teddy". Dimalam hari dia meminta agar sang boneka hidup dan menemani John. Mimpinya terkabul. Saat dewasa Ted memberikan efek negatif bagi John dan membuat pacar John tidak nyaman.
Apa yang ada dibenak anda ketika melihat poster film ini? Film drama keluarga? Anda salah besar. Film ini justru bukan untuk kalangan Semua Umur. Film ini diperuntukkan kalangan yang sudah Berumur. Film bertemakan komedi dewasa ini mempunyai caranya tersendiri. Ted, Boneka beruang teddy yang lucu dan menggemaskan ini bisa berubah menjadi Boneka beruang yang liar, nakal, dan tetap menggemaskan. Ted dijadikan icon lebih tepatnya sex icon di film ini. Seth MacFarlane mampu memberikan guyonan satir yang gamblang sekali dengan gaya penyampaian yang cerdas. Betapa banyaknya sindiran-sindiran tentang apa yang terjadi di jaman sekarang. Berita-berita itu menjadi sasaran empuk dan diolah menjadi komedi yang renyah. Komedi-komedi dewasa yang disampaikan juga tidak terasa murahan seperti di Film The Dictator. Sehingga komedi di film ini terkesan lebih elegan dan lebih nyaman untuk dinikmati. Seth MacFarlane juga masih memberikan unsur-unsur Family Guy di dalamnya. Seperti scoring yang sangat mengingatkan saya terhadap acara tv favorit saya itu. Ted juga tidak selalu memberikan guyonan melulu di dalam film ini. Karena sang sutradara mungkin tahu, jika dia menggunakan formula yang sama secara berulang akan membuat penontonnya bosan.Salah satu scene favorit saya adalah ketika Ted dan John menyanyikan Thunder Buddies Song. Benar-benar konyol dan membuat tertawa.
McFarlane tahu bagaimana dan kapan celetukan-celetukan yang lucu itu diselipkan. Sehingga, sekali Ted atau karakter di dalam film ini mengeluarkan kata-kata konyol akan membuat satu studio membahana saat menontonnya. Tidak melulu Film ini memberikan lawakan. Diselipi Drama tentang persahabatan dan percintaan yang pas dalam film ini sehingga membuat film ini juga mempunya nilai plus. Karakter-karakter yang dimainkan di Film ini juga bagus. Mark Wahlberg mampu memerankan John Bennet dewasa yang sangat ketergantungan dengan boneka beruang teddy nya. Mila Kunis, Gadis berparas cantik ini tak perlu diragukan lagi. Semenjak kepiawaiannya saat berakting di Black Swan, Kunis bisa menjaga ke eksistensiannya saat berakting sehingga dia mampu menjiwai karakter Lori dengan baik. Meski begitu, Ted bukan tanpa kekurangan. Penceritaan yang seketika melambat dan konflik yang diselesaikan dengan cepat yang membuat Ted melemah. Penggalian karakter antagonis yang menjadi konflik Ted juga kurang dijelaskan lebih lagi.
Overall, TED adalah film drama komedi dewasa yang sangat menghibur dan menyenangkan. Ted akan mengobati kejenuhan oleh aktivitas-aktivitas yang mendera kita setiap hari. Tetapi, bagi yang belum cukup umur mungkin belum diperbolehkan untuk menonton film ini. Terlebih guyonannya yang kasar tetapi dengan penyampaiannya yang cerdik alhasil guyonan tersebut menjadi lebih elegan. Beruntunglah para pihak bioskop memberikan aturan saat melihat film ini harus menunjukkan KTP.

Sabtu, 15 September 2012

REVIEW + 3D REVIEW - Resident Evil : Retribution

Layaknya Underworld, Resident Evil adalah film adaptasi Games yang sukses sehingga dimanfaatkan bagi para sineas hollywood untuk mengeruk ke... thumbnail 1 summary
Layaknya Underworld, Resident Evil adalah film adaptasi Games yang sukses sehingga dimanfaatkan bagi para sineas hollywood untuk mengeruk keuntungan meski cerita-cerita nya tidak berkembang sehingga menerima banyak kritik dari para kritikus. Bagaimana dengan film kelima-nya ini?


Tetap menceritakan tentang Alice kali ini dia berusaha untuk melarikan diri dari Umbrella Corporation di bantu oleh Wasker yang mengirim Ada Wong untuk membantu Alice keluar dari Umbrella Corporation. Perjalanan mereka tidak semulus yang dibayangkan. Red Queen, Berusaha untuk menghalangi mereka dan memperlambat mereka agar tidak keluar dari Umbrella Corporation.
Tak pernah mengikuti Seri Resident Evil dengan lengkap dan setelah melihat Trailer film ini yang menawan saya tertarik untuk menonton film ini. Awal film ini memberikan penceritaan apa yang terjadi di Film pertama hingga keempat dengan penjabaran singkat yang baik. Sehingga saya tertarik dengan apa yang ditawarkan oleh film ini diawal. Ekspektasi langsung digagalkan seketika diawal film ini. Ketika Film ini mulai memberikan adegan aksi yang beruntun, Film ini terlihat kacau balau. Naskah film ini benar-benar tidak diperhatikan sama sekali. Pada Awal film benar-benar saya berfikir, saya sedang menyaksikan film bisu. Film ini minim dialog. Mungkin tanpa dialog pun, penonton akan tahu apa yang ditawarkan terhadap film ini dan dibawa kemana film ini. Terburu-buru diawal sehingga saya merasakan film ini akan mendekati akhir. Lalu melambat dari tengah menuju akhir membuat saya tidak betah di kursi bioskop saat menyaksikan film ini. Konflik yang terlalu dipaksakan serta kurangnya penjabaran yang lebih terhadap film ini sehingga terkesan anti klimaks.
Adegan aksi yang terlalu banyak serta memekikkan telinga lebih dijual di film ini sehingga membuat naskah yang ditulis hanya sebagai sampingan saja. Adegan aksi yang ditawarkan juga terasa hambar tanpa ada ketegangan yang berlebih. Mungkin diawal adegan aksi terlihat menawan. Namun, lama kelamaan saya dibuat jenuh oleh adegan aksinya yang menggunakan formula itu-itu saja. Membosankan dan terlalu berlebihan. Evil Goes Global, sepertinya tagline ini seharusnya diletakkan di film selanjutnya. Karena bersedihlah bagi anda yang mengharapkan bagaimana para zombie menyerang dunia manusia karena hanya sebagian kecil adegan film tersebut yang mewakili tagline ini. Yang membuat saya sedih lagi adalah Resident Evil tidak berhenti di film kelimanya. Tapi akan dilanjutkan ke Film Keenam-nya sehingga saya ingin sekali menyudahi film ini yang tidak memberikan kualitas yang membaik. Dan berharap saja Film Selanjutnya akan menjadi penutup dan memberikan penutup yang baik dari franchise film ini.
Overall, Film ini memang tak perlu menggunakan akal pikiran untuk memahami setiap adegannya. Buang jauh-jauh logika anda. Karena anda hanya akan mengerutkan dahi dan jangan berharap lebih terhadap film ini.


How's the 3D? Oke, saya akan memberikan review 3D-nya 

Brightness (4/5) 
Kecerahan di film ini sedikit lebih gelap saat anda menyaksikan format 3D-nya 
Depth (3/5) 
Memberikan kedalaman film yang menawan sehingga kita seperti menyaksikannya secara langsung. 
Pop Out (4/5)
Memberikan efek Pop Out (Keluar Dari Layar) yang begitu banyak dan menawan sehingga penonton 3D awam akan menyukainya. 

RATE : WORTH IT 
Meski filmnya tak memberikan kualitas yang bagus. Termasuk buruk malah. Tetapi Kualitas 3D yang menawan lah yang membuat saya betah duduk di kursi Bioskop.

REVIEW - The Bourne Legacy

Mengingat kesuksesan dari segi kualitas dan juga pemasukan yang terjadi di tiga film pendahulunya. Sineas hollywood tertarik melanjutkan kis... thumbnail 1 summary
Mengingat kesuksesan dari segi kualitas dan juga pemasukan yang terjadi di tiga film pendahulunya. Sineas hollywood tertarik melanjutkan kisah "Bourne" yang diangkat dari novel ke layar lebar. Apakah bisa melampaui ketiga filmnya?

Bukan lagi Bourne yang diceritakan dalam installment ke empat ini. Melainkan Aaron Cross yang ternyata adalah agen yang berhasil lolos dari suatu program yang ternyata dihapuskan oleh pemerintah sehingga para agen yang terlibat dalam program tersebut harus dibunuh satu persatu. Bersama Dr. Shearing, mereka pergi ke Manila untuk mencari obat dari program tersebut.
Para penggemar Kisah mata-mata Bourne mungkin menantikan film ini. Mengingat bagaimana kualitas ketiga film mereka yang begitu kuat sehingga tak ada salahnya saya sendiri berekspektasi lebih terhadap film ini. Penjabaran kisah Aaron yang runtut tetapi tak se-epic Bourne sebelumnya dimana percakapan yang panjang dan rumit yang akan menjelaskan semua kepada penonton tanpa ada aksi yang memukau di awal film mungkin akan membuat penonton merasakan kebosanan. Menuju pertengahan, film mulai terlihat kacau meski tak parah tetapi penonton akan merasakan bagaimana penceritaan film ini terkesan cepat tanpa penceritaan yang lebih intens. Ketika menuju akhir, Film ini menunjukkan kegarangannya. Aksi-aksi ala bourne dan how to survive trick ala bourne yang dikemas oleh sutradara meski mereka tetap menggunakan Formula yang sama di ketiga film pendahulunya. Aksi kejar-kejaran serta aksi fighting dengan tangan kosong maupun dengan senjata yang enak untuk dilihat tetapi akan terasa sangat familiar saat anda menyaksikan film-film pendahulunya sehingga tak ada yang spesial dalam adegan aksi di film ini.
Kurang terjalinnya benang merah antara ketiga film sebelumnya dan mungkin lebih terkesan melupakan siapa bourne dan apa hubungannya dengan film ini mungkin akan membuat penonton bingung. Sehingga kita sendiri tidak dapat mengambil kesimpulan dengan apa yang dimaksud dengan "Legacy" atau "Warisan" dari bourne yang diceritakan di film ini. Beruntunglah film ini terselamatkan oleh pemilihan aktor dan aktris yang tidak miscast di film ini. Jeremy Renner memberikan peforma yang baik saat memerankan karakter Aaron yang misterius dan cerdik. Serta Rachel Weisz yang memerankan Dr.Shearing yang sangat traumatik akan kejadian yang menimpanya saat Dokter di tempatnya bekerja mengadakan pembantaian. Adegan interogasi yang menjadi performa terbaik Weisz sehingga memberikan atmosfir yang menegangkan dan penuh emosi. Chemistry antara Renner-Weisz benar-benar terjalin dengan baik tanpa ada unsur kemesraan yang terlalu berlebihan sehingga mereka terlihat begitu elegan dan enak untuk dinikmati oleh penonton.
Overall, meski tidak mewarisi kemegahan Film Bourne Trilogy. Installment keempat ini bukan yang terbaik dan belum bisa dikatakan buruk mungkin lebih tepatnya paling lemah diantara Film Bourne sebelumnya tetapi tetap layak untuk dijadikan tontonan akhir pekan yang berkualitas. Setidaknya film ini masuk list Guilty Pleasure saya.

Kamis, 06 September 2012

REVIEW + 3D REVIEW - Step Up 4 Revolution

Step Up menjadi Franchise pengeruk dolar bagi sineas hollywood. Setelah sukses memberikan suguhan dance menarik di Step Up 3. Diputuskanlah ... thumbnail 1 summary
Step Up menjadi Franchise pengeruk dolar bagi sineas hollywood. Setelah sukses memberikan suguhan dance menarik di Step Up 3. Diputuskanlah melanjutkan Franchise film ini. Apakah bisa melampaui film sebelumnya?

Berceritakan tentang The Mob perkumpulan orang yang jago menari yang ingin memenangkan sebuah kontes di Youtube dengan hadiah yang cukup besar. Sean, Leader The Mob bertemu dengan wanita cantik bernama Emily yang ternyata anak pengusaha Anderson yang ingin menggusur pemukiman warga di Miami untuk dijadikan hotel.
Revolution. Yah, cerita yang diberikan di film ini memang berbeda dari cerita-cerita Step Up sebelumnya.  Meski berbeda bukan berarti Step Up 4 Revolution ini memberikan cerita yang benar-benar berbeda. Tetap mengusung tema From Zero To Hero. The Mob benar-benar berusaha dari bawah-Ada Orang baru - Cekcok antar anggota The Mob - Gagal - Baikan - Jadi Pemenang. Sangat Klise bukan? Jadi jangan lah kalian menaruh ekspektasi atau harapan terlalu tinggi untuk cerita Franchise Step Up ini. Meski adanya Reuni cast Step Up 3 yang tiba-tiba masuk di akhir film ini tetapi kurang digali cerita mereka dan hanya sebagai tempelan saja. Mungkin hanya sebagai pengingat bahwa ada anggota The Pirates yang ikut andil di Step Up 4 Revolution ini sehingga masih ada sedikit benang merah dari installment sebelumnya meskipun kedatangan mereka sangat tiba-tiba tanpa diceritakan lebih. Adegan yang dirasa terlalu cepat dan melambat serta kacau di akhir juga tetap menghantui film ini. Klise dan Mudah ditebak juga tetap diusung oleh Film Ini. Mungkin Jika Ada Step Up 5 berharap berilah sesuatu yang benar-benar beda dengan cerita dan naskah yang solid.

How about the dance? THIS ! Outstanding. Betapa kagumnya saya dengan gerakan tarian yang indah. Mereka mengusung tema Flashmob yang sedang naik daun di jaman sekarang. Bukan dari Freestyle dance saja. Saat Emily memberikan performa Contemporary Dance juga sangat indah dengan penghayatannya yang membuat emosi dalam tarian itu terasa. Bagaimana Contemporary dan Freestyle digabung juga menawan sekali tanpa memberikan kesan yang terlalu lembek dalam gerakannya. Memberikan Suguhan dance yang menawan dari awal The Mob muncul hingga akhir meskipun klimaks dance tersebut yang paling terasa saat berada di Ruang Rapat sehingga membuat dance di akhir film ini menjadi kurang mengena tapi tetap Mereka memberikan suguhan menarik.
Di Step Up kali ini, tak ada Lagu yang menjadi Anthem untuk Film ini. Seperti kita tau "Low" dan "Club Can't Handle Me" By Flo Rida yang menjadi Anthem di Film Ke 2 dan 3. Di Film ke 4 ini, Lagu andalan "Goin' In" By J-Lo dan "Hands In The Air" By Timbaland yang dimasukkan di Akhir Film sehingga tak ada istilahnya Ciri Khas Lagu untuk film ini yang benar-benar mengena.
Overall, bukan termasuk film yang mengecewakan malah memberikan experience Dance yang menawan dan menurut saya Film ini menjadi Franchise Step Up terbaik karena Dance yang menawan.


How About 3D? Akan saya review juga 

Brightness (5/5) 
Dengan kacamata 3D mungkin ada beberapa film yang akan membuat film sedikit gelap. Di Film ini, Kecerahan Gambar tetap. 

Depth (4/5)
Kedalaman film ini termasuk bagus juga. Meski di scene indoor Depth film ini kurang mengena. 

Pop Out (3/5) 
 Efek Pop Out (Adegan Keluar Layar) yang kurang di gali lagi di Film ini meski film ini berpotensi memberikan suguhan pop out yang seharusnya lebih banyak lagi. 

Rate : WORTH IT 
So, Buat yang ingin punya experience nonton film dance format 3D, This Movie Still Worth to watch in 3D. Meski bisa dibuat lebih apik lagi.

Sabtu, 01 September 2012

REVIEW - The Cabin In The Woods

Mengingat kurangnya suntikan Film Horror di insan perfilman dunia. Joss Whedon, Sutradara dari film Terbesar dan Tersukses tahun ini The Ave... thumbnail 1 summary
Mengingat kurangnya suntikan Film Horror di insan perfilman dunia. Joss Whedon, Sutradara dari film Terbesar dan Tersukses tahun ini The Avengers bersama rekannya Drew Goddard merilis sebuah film yang mereka buat sejak tahun 2009 sebelum Proyek terbesar The Avengers dengan judul The Cabin In The Woods. Apakah bisa memberi sentuhan horror yang bagus? 

 Menceritakan tentang Lima Remaja yang ingin liburan ke sebuah kabin yang berada ditengah hutan dan
dekat danau. Dimana satu persatu dari mereka dihabisi oleh "yang ada di sekitar mereka".
Satu saja yang saya sarankan bagi kalian yang ingin menonton film satu ini. Jangan Sekali - kali anda mencari tahu informasi apapun dan dalam bentuk apapun seperti Review ataupun Trailer sekalipun. Karena anda tidak akan menemukan sensasi berbeda saat menonton film ini. Saya sendiri sama sekali tidak melihat Trailer nya sedikit pun. Alhasil, saya menemukan sensasi menarik untuk menonton film ini. Meskipun melihat rating di sana-sini yang memberikan nilai yang bagus sekali.Saat anda membaca sebuah sinopsis dari film ini mungkin yang ada dibenak anda adalah film ini akan memberikan cerita yang biasa saja dan mudah ditebak. Tebakan anda sangatlah salah. Whedon dan Goddard mampu meracik naskah yang begitu lemah menjadi naskah yang intens, menarik dan susah ditebak. Mereka tidak merelakan sedikitpun dari kalian untuk bisa sekedar menghela nafas karena adegan-adegan berdarah selanjutnya akan diberikan dengan apik dengan twist yang sangat membuat kita penasaran hingga akhir film. Naskah film ini benar-benar solid dan tersusun rapi dengan tensi ketegangan yang pas dari awal hingga akhir film ini. Twist yang kalian kira bisa kalian pecahkan begitu saja mungkin membuat kalian geram karena Whedon-Goddard mampu mengecoh kalian semua yang berusaha menebak horror ini. Beberapa scene horror yang cliche dan akan kalian temukan di semua film horror, terutama slasher hollywood akan anda temukan disini. Tetapi, jangan anda kira bahwa semua scene-scene tersebut akan berjalan sesuai dengan ritme cliche-nya. Karena anda akan benar-benar salah. Seperti yang saya ketahui, Film ini adalah sebuah Parodi dengan nafas serius yang akan membawa kita kesebuah sensasi horror yang benar-benar memberikan nafas baru. Semua rasa cheesy itu akan dengan gampang dibelokkan menjadi horror yang unpredictable dan sensasi luar biasa yang benar-benar berbeda dari biasanya. Tak perlu aktor dan aktris terkenal dalam film ini. Mungkin yang eye-catching dimata kita hanya Chris Hermsworth yang sudah kita kenal di film Thor. Akting Dana (Connolly) dan Curt (Hermsworth) benar-benar scene-stealer. Akting mereka sangat kuat sehingga bisa memberikan ketegangan yang diatas rata-rata saat film ini berlangsung.

Jika anda tahu, Film ini pertamanya adalah produksi tahun 2009. Karena tersandung beberapa masalah karena Production House yang menaunginya maka film ini mundur jadwal rilis. Jadi, Chris Hemsworth pada tahun ini masih bisa dikatakan seorang breakthrough artist. Sebagai newcomer, penampilannya yang epic di film ini tak perlu diragukan. Dia mampu memberikan performa yang bagus di film ini. Tak seterusnya film ini setegang yang kita bayangkan. Sedikit selipan unsur komedi yang smart dan dark diberikan oleh duet Whedon-Goddard. Beberapa "pelecehan" tentang horror-horror cliche jaman sekarang yang dituangkan  dalam joke yang benar-benar pintar dan mengena. Meskipun begitu bukan berarti film ini tidak ada kekurangan. Tak ada film yang sempurna. Beberapa plot hole yang mungkin akan dengan gampang kalian temukan jawabannya setelah second viewing. Karena saat saya menonton, Saya terlalu kagum dengan kejeniusan yang ditampilkan oleh Whedon dan Goddard. Mereka tahu bagaimana membuat film Parodi dengan nafas serius atau bisa dikatakan sebuah film Tribute yang benar-benar mengagumkan dan entertaining. Terutama adegan paruh akhir film ini yang sangat ciamik dan lupakan beberapa unsur logika dan bersenang-senanglah dengan bloody-bath scene yang ditawarkan film ini. Ending film ini yang masih sedikit mempunyai cliff-hanger yang membuat saya masih merasa sedikit kurang puas. Whedon dan Goddard rasanya ingin memberikan sebuah bentuk Protes mereka terhadap film-film Horror yang ada di Dunia yang memberikan cerita yang gampang ditebak dan itu-itu saja kedalam filmnya. Beberapa sentilan tajam dari mereka disampaikan dengan baik dan elegan dengan konflik yang menyerupai film horror pada umumnya, tetapi akan diberikan sebuah twist-twist yang segar dan jenius yang akan memutarbalikkan konsep cliche horror. Film Horror ini mungkin tidak compatible untuk semua kalangan. Tetapi saya dibuat takjub dengan kejeniusan film ini. Meski begitu, film ini sangat-sangat layak menjadi film Horror yang Fresh, Genius, Fun dan UNPREDICTABLE.
 So seperti tagline film ini, You think you know the story? and I Say NO ! You're NOT!! 

ads