Rabu, 31 Oktober 2012

REVIEW - Looper

Looper film dengan genre Sci-Fi dengan tema Time Travel mampu menarik perhatian saya. Terlebih saya adalah penggemar film dengan genre Sci-F... thumbnail 1 summary
Looper film dengan genre Sci-Fi dengan tema Time Travel mampu menarik perhatian saya. Terlebih saya adalah penggemar film dengan genre Sci-Fi. Konsep yang diusung juga cukup menarik saat saya membaca sinopsis film ini. Apakah mampu memberikan sajian yang saya harapkan?
Berceritakan tentang Joe (Joseph Gordon-Levitt) yang menjadi Looper, Pembunuh para masa penjahat masa depan di tahun 2074 dan dikirim ke tahun 2044 untuk di eksekusi. Suatu ketika, Joe harus mendapatkan tugas untuk membunuh Future-Joe (Bruce Willis). Future-Joe sendiri mempunyai misi dimana dia harus menemukan Rainmaker si pemimpin Looper di masa depan yang jahat dan juga mempunyai kemampuan Telekinesis dan mampu membunuh banyak orang oleh dirinya sendiri. Future-Joe mendapatkan kode yang menjadi clue untuk mereka mencari si Rainmaker tersebut. Tetapi, Joe yang seharusnya membunuh his Future harus rela di kejar-kejar oleh teman-teman seperjuangannya yang juga sebagai Looper karena gagal membunuh Future-Joe. Joe harus bisa sembunyi dari teman-temannya dan harus mencari si Rainmaker. Begitu juga dengan Future-Joe yang juga dikejar-kejar oleh Looper. Rainmaker disini ditemukan ada 3 kemungkinan. Salah satu kemungkinannya yaitu Cid yang diasuh oleh ibunya yaitu Sara (Emily Blunt).

Sci-Fi adalah favorit saya. Jadi, sekali berurusan dengan Sci-Fi mungkin hasilnya akan menjadi favorit saya sepanjang masa seperti Avatar dan Inception sebagai perbandingan untuk film ini atau bakal menjadi Blacklist seperti Total Recall ataupun Transformers Trilogy. Bagaimana dengan Looper ini? Menaruh ekspektasi yang tinggi dan hasilnya ? Yah! Ini baru Film Sci-Fi yang orisinil, berkualitas, dan mind-blowing. Satu paket yang menarik dengan eksekusi yang bagus dari sang sutradara yaitu Rian Johnson. Tidak memberikan efek yang muluk-muluk tetapi juga tidak kacangan. Efek futurisme yang menawan dari Looper meski tidak mewah tetapi tetap mengena kalau memang film ini bersetting di masa depan. Film ini jelas menceritakan yang dimaksudkan dengan runtut, padat dan tanpa celah. Membuat kita berpikir, sedikit mengernyitkan dahi dan bersiaplah di ajak masuk ke dunia rumit Rian Johnson. Unik sekali konsep cerita ini. Penuturan latar belakang Future-Joe bagaimana bisa dia menjadi sasaran Looper dan menuju tahun 2044 untuk di eksekusi. Dan juga penuturan cerita Joe bagaimana dia bisa menjadi buronan dan gagal membunuh Future-Joe. Penuturan itu dikemas dengan epik, Benar-benar Memorable dan Unforgettable scene. Dimana Scene itu diputar beberapa kali sehingga kita bisa menemukan benang merah yang terjalin untuk meneruskan cerita di film ini dan benar-benar Mind-Blowing. Gaya penyutradaraan Rian Johnson yang sederhana terlihat dimana scene-scene yang di shoot untuk film ini terlihat sederhana, natural, tetapi bisa membuat kita merasakan atmosfir menegangkan dan tidak memedulikan durasinya yang cukup lama sekitar 118 Menit. Saya benar-benar tidak merasakan lamanya film ini dan terasa hanya sebentar saja.
Rian Johnson tahu benar bagaimana cara memberikan Twist yang mungkin membuat penonton akan mengabaikan clue yang diberikan tetapi bersiaplah untuk tercengang atas pemberian Twist oleh Rian Johnson. Karena benar-benar Unpredictable dan Mind-Blowing. Apalagi ending film ini yang benar-benar mencengangkan. Naskah film ini benar-benar diperhatikan. Terlihat rapi dan padat memang. Naskah ini juga ditulis oleh sang sutradara. Tetapi bagi anda penonton awam yang ingin mendapatkan sajian aksi yang banyak dan exploding, patutlah anda kecewa karena adegan aksi yang diberikan disini cukup sedikit tetapi bagi saya aksi disini sudah dikategorikan pas untuk ukuran film Sci-Fi yang punya cerita yang agak berat. Maka dari itu, Sedikitnya adegan aksi disini bisa memberikan cerita yang terfokus, rapi, tanpa terasa cepat ataupun melambat, serta padat konflik juga penyelesaian yang epik dan pas. Emosi dan ketegangan di film ini juga Pas. Jajaran cast yang sudah punya jam terbang tinggi dimaksimalkan di film ini. Joseph Gordon-Levitt, tak usah diremehkan lagi kualitas akting aktor baru ini. Sudah banyak bukti filmnya yang menunjukkan bahwa breakthrough actor ini memang benar-benar berbakat. Bruce Willis, juga mampu mengimbangi si Levitt. Willis mampu menjadi Future-Joe yang badass dan misterius. Emily Blunt sebagai Sara juga terlihat sangat menikmati perannya di Film ini. Jajaran Cast, Cerita, Eksekusi yang benar-benar epik menjadikan film ini sebuah paket yang tidak bisa untuk dilewatkan begitu saja untuk tahun ini. Jangan salahkan saya jika Looper akan menjadi Film Terbaik yang pernah saya tonton Tahun ini menggeser The Dark Knight Rises di list saya. Dan juga Looper menjadi Film Sci-Fi mind-blowing favorit saya setelah Inception, Mahakarya dari Sutradara Christoper Nolan.
Overall, Looper menjadi film Sci-Fi mind-blowing movie yang Outstanding, Entertaining, Shocking and Original yang mampu memberikan bekas yang mengesankan di otak saya. Looper, YOU ROCK !

REVIEW - End Of Watch

Film Buddy Cop dengan konsep footage? itulah yang coba diangkat oleh sineas hollywood David Ayer di film nya yang berjudul "End Of Watc... thumbnail 1 summary
Film Buddy Cop dengan konsep footage? itulah yang coba diangkat oleh sineas hollywood David Ayer di film nya yang berjudul "End Of Watch" ini. Mengajak bintang yang sedang naik daun "Jake Gyllenhaal" untuk menggarap film ini. Bagaimana dengan hasilnya?

Berkisahkan tentang Officer Taylor (Jake Gyllenhaal) dan Officer Zavala (Michael Pena) mereka adalah Polisi. Mereka bersahabat dan suatu saat dia harus disidang karena menembak tersangka saat pengejaran. Akhirnya mereka dipindah tempatkan saat berpatroli. Dia harus menjaga di daerah X-13. Saat berpatroli, dia sukses membantu semua orang. Pada suatu ketika, mereka ingin membongkar kasus perdagangan narkoba. Mereka sudah diperingatkan agar tidak mencampuri urusan tersebut. Tetapi menurut mereka, sekali ikut campur harus segera dituntaskan. Mereka terus mencari tahu gembong narkoba tersebut. Sampai suatu ketika dia harus menjadi target si gembong narkoba untuk dibunuh.
Tidak memberikan ekspektasi yang tinggi tetapi juga tidak meremehkan film ini. End Of Watch memberikan cerita footage-criminal genre yang asik untuk diikuti. David Ayer tahu memanfaatkan konsep ini dengan baik. Mungkin memang cerita ini tidak terkonsep di awal tetapi memang seperti itulah kelemahan cerita footage. Sedikit membosankan di awal. Tetapi saat durasi semakin bertambah, konflik mulai memadat dan mulai breathtaking dan menegangkan. Saya sendiri sebenarnya tidak seberapa suka dengan genre seperti ini karena banyak genre seperti ini tetapi hasilnya malah garing dan predictable. Mungkin satu-satunya genre Buddy Cop yang saya favoritkan adalah 21 Jump Street dengan balutan komedi satir nya yang bagus dan menarik. Tetapi untuk versi pure buddy-cop with action, belum ada yang memberikan kesan baik. End Of Watch memberikan sajian yang asik. Dimana, konsep footage ini tidak hanya fokus ke satu rekaman milik si lakon saja tetapi kepada musuh-musuhnya sehingga kita lebih tau latar belakang musuh mereka. Mungkin karena konsepnya lebih ke Mockumentary, jadi hasil rekaman kamera mereka mungkin untuk memberikan efek ketegangan yang berlebih dan terlihat lebih real. Di film ini, kita akan lebih tahu bagaimana kehidupan polisi. Dimana kehidupan polisi tidak selalu terlihat heroik tetapi juga punya sisi yang menyeramkan terlebih saat di incar oleh penjahat.
End Of Watch terlihat tidak fokus kepada apa yang diceritakan. Konflik di film ini sangat beragam. Mungkin lebih menceritakan tentang heroisme antara Taylor dan Zavala. Tetapi, kasus perdagangan narkoba oleh geng-geng yang ada di film ini juga termasuk konflik utama di film ini. Penceritaan konflik utama yang diselipi konflik-konflik lain yang jelas tidak berhubungan satu sama lain membuat kefokusan di film ini menjadi terpecah-pecah. Pertengahan akhir film ini barulah kembali ke konflik awal di film ini dan memang terasa terburu-buru untuk mengakhiri sebuah film. Meski begitu, Film ini berhasil memberikan atmosfirnya. Bukan hanya atmosfir tegang, tetapi juga atmosfir haru, emosi, dan berbagai macam dicampur aduk menjadi satu dengan eksekusi yang baik. Kita akan terharu di saat-saat Taylor dan Zavala terlihat sangat dekat seperti keluarga. Kita juga akan ikut emosi saat mereka mulai silang pendapat. Pemilihan aktor yang pas Jake Gyllenhaal dan Michael Pena berhasil memberikan chemistry yang baik saat memerankan Taylor dan Zavala sebagai sahabat yang tak terpisahkan. Anna Kendrick, berperan sebagai Janet pacar Taylor serta Natalie Matinez sebagai Istri Zavala juga menjadi scene stealer dimana di layar tersebut dominan laki-laki sehingga mereka menjadi pemanis dengan kualitas akting yang bagus juga.
Overall, End Of Watch adalah Mockumentary Buddy-Cop movie yang berhasil dan berada di atas ekspektasi saya. David Ayer mampu memberikan film mockumentary yang thrilling, entertaining, unique dan sweet buddy relationship yang intens dan menawan.

Kamis, 25 Oktober 2012

REVIEW - Ice Age 4 : Continental Drift

Ice Age menjadi franchise animasi dari 20th Century Fox dan BlueSky studios mesin pengeruk uang. Ice Age pertama yang tak disangka-sangka su... thumbnail 1 summary
Ice Age menjadi franchise animasi dari 20th Century Fox dan BlueSky studios mesin pengeruk uang. Ice Age pertama yang tak disangka-sangka sukses dan mendapatkan pujian dari kritikus membuat sang kreator terus membuat film sekuelnya. Mengalami penurunan kualitas di 2 film pendahulunya terutama film ketiganya. Apakah installment keempat ini berhasil diatas ekpektasi penonton?

Di filmnya kali ini, petualangan Manny dan kawan-kawan harus berpisah dengan keluarga dan rumah mereka. Tiba-tiba daratan yang mereka huni terbelah dan mereka harus terpisah. Ditengah perjalanan mereka untuk bertemu dengan saudara mereka, dia harus berhadapan dengan kera yang sangat jahat bernama kapten Gutt. Dia menghalangi segala upaya Manny dan kawan-kawannya kembali bertemu dengan keluarganya lagi.
Tidak mematok ekspektasi yang tinggi memang terhadap installment keempat dari Ice Age ini. Melihat bagaimana payahnya film ketiga mereka saat berpetualang bertemu dengan dinosaurus. Film keempat ini memang tidak memberikan perubahan yang signifikan dari film ketiganya. Tetap memberikan suatu plot yang cheesy dan memberikan joke yang mungkin bisa membuat penonton anak-anak tertawa. Ekspektasi saya sudah sangat rendah dengan film ini. Tetapi hasilnya tidak sebegitu mengecewakan seperti film ketiganya memang tetapi sepertinya Ice Age harus berguru kepada kreator Madagascar setidaknya. Ice Age benar-benar kurang menggali Ide cerita tersebut. Mungkin karena hanya sebagai pengeruk uang maka dari itu Cerita yang diusung kurang digarap dengan baik. Joke-joke yang diberikan pun kurang membuat hati saya meleleh dan ikut tertawa. Guyonan-guyonan renyah, terlalu renyah malah sehingga terkadang saya mengernyitkan dahi dan berpikir "baiklah, ini film animasi dan memang bidikan pasar mereka adalah penonton anak-anak bukan remaja ataupun orang dewasa". Banyak sekali karakter-karakter bermunculan di film ini. Lebih tepatnya hanya sekedar lewat seperti Keluarga Sid yang saya pikir bakal lebih tergali dan intens ternyata hanya karakter Granny saja yang di ekspos. Kapten Gutt, saya masih kurang mengerti apa yang menyebabkan dia menghalangi Manny dan dia lebih seperti tempelan karakter antagonis untuk menjadi bumbu film ini.
Jangan lupakan si Scratch si pecinta kacang kenari. Dulu, betapa saya sangat tidak suka dengannya karena saya lebih ingin melihat petualangan si Manny dan kawan-kawannya. Tetapi di film ini Scratch scene lah yang membantu film ini jadi sedikit lebih berwarna. Bagaimana dengan kualitas animasinya? Bluesky studio memberikan animasi yang jauh lebih bagus daripada sebelumnya. Animasi yang ditampilkan cukup halus meski dominan warna biru. Tetapi warna biru yang diberikan indah dan menarik. Meski saya tetap mencintai produk animasi dari Pixar, tetapi suasana biru di daerah pegunungan es di film ini tetap mempunyai kelas sendiri. Pengisi suara di film keempatnya ini mulai bertabur bintang. Sebut saja Jennifer lopez yang menjadi Shira, Nicki Minaj, Drake dan juga Heather Morris. Mereka menjadi daya tarik untuk film ini. Penyampaian pesan moral di dalam film ini juga awut-awutan. Tidak seperti animasi Pixar yang sangat emosional saat memberikan pesannya. Film ini tidak. Madagascar 3 yang menurut saya sudah gagal memberikan keemosionalan cerita. Ice Age 4 ini malah tidak memberikan geregetnya sama sekali.
Overall, Ice Age 4 bukanlah film animasi yang gagal. Jelas kita tidak perlu memedulikan plot cerita ini karena bidikan pasar mereka adalah anak-anak. Bagi penonton dewasa, anggap saja ini adalah film hiburan dan biarkan pikiran anda tenang melihat indahnya dunia biru pengunungan es di film ini.

Minggu, 07 Oktober 2012

REVIEW - Cinta Di Saku Celana

Film Indonesia memang tidak jauh dari horror esek-esek ataupun komedi dengan bumbu seksual yang berlebihan. Meski terkadang trailer yang dis... thumbnail 1 summary
Film Indonesia memang tidak jauh dari horror esek-esek ataupun komedi dengan bumbu seksual yang berlebihan. Meski terkadang trailer yang disajikan memberikan premis yang bagus tetapi ketika film sudah rilis filmnya, film tersebut menjadi film yang gagal sekali. Bagaimana dengan film "Cinta Di Saku Celana" ini?

Menceritakan Ahmad seseorang dari panti asuhan yang menentukan arah hidupnya sendiri. Dia berhasil menjadi orang yang pintar dan mendapatkan pekerjaan. Ahmad menyukai seseorang yang dia tahu di kereta bernama bening. Dia sangat tidak mempunyai nyali untuk mendekatinya. Alhasil dia mencoba berbagai cara untuk mendekatinya.
Film Komedi Romantis yang di gadang-gadang menjadi Film bagus ini ternyata dibawah ekspektasi saya. Memang saya baru  menontonnya saat DVD nya rilis. Saya sudah exciting terlebih dulu ketika mulai memutar film ini. Film dibuka dengan latar belakang Ahmad sebagai anak panti asuhan. Disini saya mulai cekikan dengan guyonannya. Paruh awal film ini adalah momen terbaik film ini. Cerita memang fokus tertuju pada Ahmad, Bening, dan Gifar (Teman Ahmad) dengan bagaimana Ahmad mulai jatuh cinta dengan Bening dan meminta Bantuan kepada Gifar temannya dengan celetukan - celetukan yang membuat tertawa dari Gifar. Ketika ada pertambahan Karakter yaitu Gubeng, Pencopet yang dimintai bantuan oleh Ahmad, Fajar Nugros masih mampu memaparkannya dengan fokus dan tetap tertuju pada Balada Ahmad saat Jatuh cinta kepada bening. Scene demi scene, Karakter baru mulai bermunculan. Terlalu banyaknya Karakter yang menyesaki Layar dan kurangnya penjelasan Latar Belakang Karakter tersebut, Fajar Nugros terlihat kewalahan. Cerita menjadi pecah, tidak fokus, dan inti cerita tersebut menjadi buyar. Sedikit demi sedikit Film ini lepas kendali. Cerita yang awalnya memberikan Premis yang menarik menjadi kacau balau. Guyonan-guyonannya pun mulai melempem tidak se-renyah di awal film ini dimulai. Alur cerita yang di sajikan sangat absurd dan ajaib memang. Dimana itu semua tidak akan tersaji di dunia nyata. Saya masih menyesalkan Inti Cerita dimana Ahmad ingin memperjuangkan cintanya kepada Bening. Tetapi penyelesaian film ini seperti "Ya Sudahlah, Cinta tak bisa dipaksakan." hambar, terbengkalai, dan kacau.
Beruntunglah cast disini sangat lah menunjang. Meski cerita yang absurd, tetapi Donny Alamsyah sukses memerankan Ahmad yang bingung apa yang harus dilakukan untuk mendekati Bening. Joanna Alexandra juga mampu menjadi Bening yang misterius dimata Ahmad. Dion Wiyoko juga sukses menjadi sesosok cowok yang womanizer dengan gaya mendekati cewek nya yang menirukan gaya orang berpenyakit ayan meskipun tidak diceritakan bagaimana seorang cewek itu tertarik dengan gaya "ayan" nya. Cast yang menyesaki layar nya memang penuh dengan nama-nama papan atas dan terkenal. Seperti Ramon Y. Tungka yang berperan sebagai Gubeng dengan Aksen Surabaya nya yang kental dan tidak dibuat-buat. Dengan enaknya, dia menceletukkan sumpah serapah khas Surabaya. Tak lain dan tak kurang yang menjadi sorot perhatian adalah Lukman Sardi, Luna Maya, dan Agus Kuncoro yang bermain di film ini juga meskipun porsi mereka di film ini memang sedikit sekali dan kegunaan mereka yang tidak terjamah. Terutama pada Luna Maya dan Agus Kuncoro yang hanya main beberapa detik di film ini.
Overall, Cinta Di Saku Celana ini memang mempunyai cerita yang berbeda dengan film bergenre sama lainnya. Karena Cerita yang absurd tersebut kurang terolah dengan baik sehingga membuat film ini menjadi film yang kacau balau di tengah menuju akhir. Kelebihan film ini hanya berada pada Jajaran Cast yang mempunyai nama di kancah perfilman Indonesia saja.

REVIEW - Madagascar 3 : Europe's Most Wanted

Madagascar adalah Franchise animasi yang ditujukan untuk anak-anak. Dimana dengan 2 film terdahulunya yang cukup menghibur meskipun tak berk... thumbnail 1 summary
Madagascar adalah Franchise animasi yang ditujukan untuk anak-anak. Dimana dengan 2 film terdahulunya yang cukup menghibur meskipun tak berkembang dalam segi cerita. Bagaimana dengan installment nya yang ketiga ini? apakah sama atau memberikan hal yang menarik?

Tetap menceritakan Alex, Marty, Gloria, Melman, dan Penguins yang ingin pulang ke kebun binatang asalnya di new york. Kali ini Alex dan kawan-kawannya terjebak di benua Eropa. Di sana mereka dikejar-kejar oleh Chantal Dubois yaitu polisi yang sangat benci dengan binatang. Saat menyelamatkan diri dari kejaran Dubois, Alex dan kawan-kawan bergabung dengan sekumpulan circus. Disini, mereka bertemu dengan teman-teman baru. Kekonyolan dan konflik pun terjadi. Saat mereka, mencoba untuk membuat circus yang benar-benar payah menjadi circus yang megah.
Madagascar merupakan Animasi buatan Dreamworks Animation yang cukup berhasil menjadi mesin pencetak uang bagi mereka. Meski tidak semenarik Dwilogi Kung Fu Panda yang notabene menjadi atau masuk ke nominasi Academy Awards untuk kategori Best Animation Movies, Tetapi Madagascar punya cara tersendiri untuk menarik penonton. Cerita Trilogi Madagascar memang cukup simple karena untuk menarik perhatian penonton anak-anak meskipun tidak berkembang tidak seperti film animasi buatan Disney-Pixar. Mengingat cerita dari film Madagascar sebelumnya yang memang kurang berkembang dari segi cerita maupun animasi yang kurang eye-catching. Madagascar 3 ini membuat perubahan yang cukup signifikan meski tetap saja cerita Madagascar 3 ini tetap klise dan mudah ditebak. Tetapi, pembuatan Animasi di Madagascar 3 ini lebih eye-catching dan lebih berwarna. Bagaimana Layar dipenuhi dengan warna mencolok mata tetapi enak dipandang saat adegan pertunjukkan circus dimulai. Guyonan-guyonan segar dan menghibur tetap menjadi kekuatan dalam film animasi ini. Tak ada cerita yang kuat di film ini. Meski kita tau, teman "sebaya" nya yaitu film Brave (Disney-Pixar) bisa membuat cerita yang klise dengan baik dan memberikan kekuatan di ceritanya dengan diselipi pelajaran hidup yang kuat. Di Madagascar 3 ini mencoba memberikan hal seperti itu. Tetapi, tidak di dukung dengan penceritaan yang kuat. Alhasil, Cerita tersebut gagal di eksekusi meski tidak sepenuhnya gagal. Naskah yang dibuat memang tidak seberapa bagus dan kita bisa tahu dengan melihat betapa longgar dan cepatnya penceritaan diawal dan diakhir film ini.
Pengisi suara di film ketiga ini tetap di isi oleh pengisi suara yang sama ditambahi dengan pengisi suara baru untuk karakter yang baru juga di film ini. Aksen pengisi suara yang baru yang khas sekali membuat film ini menjadi lebih hidup. Mereka bisa mengisi suasana yang ada di film ini dengan emosi yang mereka yang baik. Kualitas Animasi disini juga Indah meski tidak sehalus dan seindah buatan Disney-Pixar. Tetapi perkotaan dan hutan disini terlihat cukup natural. Scoring disini juga bagus meski kurang bisa memorable dan kurang bisa mengajak penonton untuk masuk ke dalam film ini. Scoring yang kurang emosional juga menjadi faktor eksternal yang menganggu intrinsik cerita di film ini. Tidak termasuk Film animasi yang buruk memang. Setidaknya Madagascar 3 ini tetap menghibur dengan kekonyolan Alex dan kawanannya. Ini Film Animasi Keluarga jadi tak usah kita terlalu memusingkan jalan cerita disini. Cukup saksikan betapa konyolnya mereka dan kita akan terpuaskan.
Overall, Madagascar 3 : Europe's Most Wanted ini adalah film Animasi yang asyik, menghibur, dan bisa membuat tertawa. Film ini memberikan guyonan-guyonan yang fresh dan animasi yang memanjakan mata dengan warna-warna mencoloknya. Meski di segi cerita tetap kurang berkembang tetapi sedikit di atas kedua film pendahulunya. Madagascar 3 ini adalah yang terbaik di sekuelnya.

Rabu, 03 Oktober 2012

REVIEW - Katy Perry : Part Of Me

Katy Perry, penyanyi wanita yang melejit dengan dua albumnya mencoba peruntungannya di dunia perfilman. Dia merilis Film Dokumenter tentang ... thumbnail 1 summary
Katy Perry, penyanyi wanita yang melejit dengan dua albumnya mencoba peruntungannya di dunia perfilman. Dia merilis Film Dokumenter tentang dirinya. Apakah yang ditawarkan di film dokumenter ini? Apakah sama saja?

Katy Perry, Penyanyi yang sedang naik daun ini mempunyai sisi lain yang mungkin tidak diketahui oleh siapapun. Dimana dia sangat struggling untuk menyalurkan bakat menyanyi dan membuat dia terkenal. Katy sendiri adalah putri dari seorang pendeta. Perjuangan Katy agar terkenal memang benar-benar dari bawah dan susah. Sampai akhirnya dia berpindah dari satu studio rekaman ke yang lain dan akhirnya bertemu dengan Capitol Records yang menaungi albumnya hingga sekarang.
Yah, Film Dokumenter memang tak punya cerita. Artis-artis yang sedang naik daun mungkin mencoba peruntungannya di film ini. Menceritakan tentang kepribadiannya, latar belakang mereka, dan apapun itu untuk memenuhi hasrat penggemar fanatik dari artis tersebut. Sebut saja Justin Bieber, menceritakan euphoria fans nya terhadapnya. Bagaimana Bieber treat his fans. Meskipun ujung-ujungnya film dokumenternya terasa membosankan karena berisikan teriakan-teriakan fans wanitanya yang begitu tidak masuk akal. Bagaimana dengan Katy Perry : Part Of Me ini?
Tidak menawarkan hal yang berbeda dari film dokumenter lainnya memang. Menceritakan tentang dirinya dulu diselipi dengan konser dari Katy Perry saat melakukan California Dreams Tour. Latar belakang Katy perry layak untuk ditelusuri. Katy adalah Putri dari seorang Pendeta dan dia dulunya sangat dikekang oleh keluarganya. Banyak sekali lagu-lagu dan juga film yang tidak diboleh dia nyanyikan dan ditonton. Meski Katy mempunyai bakat menyanyi dari dulu, Katy hanya bisa menyanyikan lagu Gospel (Lagu Gereja) saja. Katy akhirnya berpindah ke L.A dan mencoba peruntungannya
Katy Perry : Part Of Me lebih menonjolkan sisi lain dari Katy Perry yang tidak diketahui oleh orang lain. Bagaimana dia berjuang dari bawah, bagaimana dia menanggapi tentang lagunya yang seksi-seksi meskipun Orang Tua nya tidak setuju dengan lagu-lagunya, dan bagaimana Katy Perry menghadapi perceraiannya dengan Mantan Suaminya Russel Brand.
Film Dokumenter ini memiliki penceritaan yang baik. Tidak hanya menceritakan tentang Euphoria Katy Perry dengan Fans nya. Tetapi benar-benar menelusuri kehidupan Katy lebih jauh. Tak Hanya itu, Soundtrack di Film ini memang diambil dari kedua album Katy Perry. Dengan Penempatan yang Pas sehingga apa yang diceritakan saat Film ini berjalan cocok dengan Lagu-Lagu Katy Perry. Sehingga Film dokumenter ini bisa dinikmati dengan layak. Meski tanpa cerita, tetapi di Film ini bisa memberikan ke emosionalan seperti kita melihat film biasa. Kita akan tahu bagaimana Katy Perry menghadapi persoalan-persoalan hidupnya yang penuh dengan jalan berbatu. Memberikan kita pelajaran-pelajaran hidup yang tak ternilai. Memperjuangkan apa yang kita punya agar kita didengar oleh orang lain di sekitar kita. Sebenarnya saya ragu dengan apa yang ditawarkan dengan film-film dokumenter seperti ini karena mungkin hasilnya biasa-biasa saja dan bisa jadi membosankan. Tetapi beruntunglah, Katy Perry : Part Of Me ini layak untuk ditonton oleh semua kalangan terutama KatyCats (Nama Fans Katy). Bagian yang membuat saya terenyuh adalah ketika Katy Perry harus bisa tampil professional meski dia baru saja bercerai dengan Suaminya.
Overall, Katy Perry : Part Of Me ini memberikan nafas baru bagi Film Dokumenter tentang artis terkenal. Tanpa berlebihan memberikan euphoria Artis dengan Fansnya. Malah lebih menceritakan sisi lainnya dengan realistis dan memberikan emosi dalam film ini sehingga dapat memberikan Jiwa dalam film Dokumenter ini.
ads