Sabtu, 27 Juli 2013

REVIEW + 3D REVIEW - THE WOLVERINE

X-Men universe memang sedang berada pada masa hype yang lumayan tinggi. Setelah kesuksesan prekuel X-Men yaitu X-Men First Class . Kali in... thumbnail 1 summary
X-Men universe memang sedang berada pada masa hype yang lumayan tinggi. Setelah kesuksesan prekuel X-Men yaitu X-Men First Class. Kali ini, giliran cerita milik Wolverine yang pernah dibuat film rip-off nya yaitu X-Men Origins : Wolverine dibuatkan rip-off keduanya. Dengan judul The Wolverine, film ini pun digawangi oleh James Mangold. 
 

Logan aka The Wolverine (Hugh Jackman) sedang menyendiri di sebuah hutan. Kehidupannya berjalan biasa saja hingga suatu ketika dia bertemu dengan Yukio (Rila Fukushima) yang membawa Logan bertemu dengan seseorang di masa lalunya yaitu Yashida (Hal Yamanouchi). Mereka bertemu pada peristiwa Bom Nagasaki kala itu. Yashida pun sedang dalam keadaan sekarat dan berkata bahwa ini adalah sebuah perpisahan dengan Logan.

Saat pemakaman, Mariko (Tao Okamoto) cucu Yashida pun ternyata dalam keadaan yang berbahaya. Dia pun diburu oleh seorang bernama Viper (Svetlana Kodchenkova) yang ternyata berkonspirasi dengan anggota-anggota keluarga Yashida. 

Less mutant, More Drama. Which for me it doesn't work.
X-Men Universe memang bisa dibilang mempunyai banyak komponen film didalamnya. X-Men Trilogy, X-Men Origins, serta X-Men First Class dan yang akan muncul X-Men Days Future of Past. Mereka mempunyai cerita acak dan seperti masih bingung untuk saling berkoneksi dengan baik antara cerita X-Men satu dengan yang lainnya. Begitu pula dalam segi kualitas, tak semua memiliki kualitas yang cemerlang. X-Men The Last Stand dan X-Men Origins : Wolverine pun mempunyai sebuah kualitas yang kurang. 

X-Men Origins : Wolverine sendiri terjebak dalam kualitas yang kurang. Apalagi film ini pun mengalami berbagai masalah. Terutama pada saat itu, Hasil mentah film ini pun leaked di internet. Sehingga film ini pun cukup menurun dari segi hype dan apapun. X-Men Origins : Wolverine sendiri nampaknya membuat X-Men Universe semakin membingungkan. Karena seri tersebut seperti menjadi sebuah spin off dengan cerita yang berjalan Stand Alone yang cukup tak berkoneksi.

The Wolverine ini pun sepertinya juga memutuskan untuk berjalan sendiri tanpa memperdulikan cerita dari X-Men Origins : Wolverine. Tetapi bukan berarti The Wolverine jelas berdiri sendiri, Dia masih terkoneksi benang merahnya dengan X-Men The Last Stand (sedikit). James Mangold pun mencoba untuk mengarahkan mutant paling menonjol di X-Men Universe ini. Tetapi jelas The Wolverine pun sekali lagi belum bisa mengalami kenaikan kualitas yang bisa menyamai X-Men Trilogy ataupun X-Men First Class.


Apa yang dilakukan oleh James Mangold dalam film ini bisa dibilang tak bisa memperbaiki reputasi Wolverine dari pendahulunya yaitu X-Men Origins : Wolverine. Well, X-Men Origins : Wolverine jelas bercerita dengan gaya yang cheesy dan cukup messy di beberapa bagian. Cerita yang diusung lebih ke arah pop yang bisa membuat kebanyakan orang akan suka. Dan Saya pun tak menyukainya. The Wolverine pun diarahkan ke dalam sebuah cerita yang lebih gloomy dengan lebih banyak menitikberatkan kedalam unsur drama tentang Wolverine dengan aksi yang lebih menonjol dalam sosok Yakuza bukan para mutant. Mutant di film ini pun bisa dibilang sedikit. Hanya Wolverine, Viper, serta Yukio (entah itu bisa disebut mutant atau tidak)

Alih-alih The Wolverine ingin mencoba memisahkan diri dari Universe-nya. But In Another side, Wolverine tetap harus memiliki benang merah dengan X-Men Universe. Dan akhirnya datanglah karakter Jean yang selalu membayangi kehidupan Logan. Inilah yang membuat The Wolverine masih terombang-ambing dan tidak total. Bahkan karakter Jean pun terkesan distracting dan beberapa masih menganggu cara penuturan film The Wolverine ini sendiri. 

Sepertinya, The Wolverine ini pun berkurang dari segi cerita para mutant dan aksi heroiknya. Tapi dari segi bertutur kata, film ini bisa dibilang lebih menonjol dalam dramanya. Tetapi dengan unsur seperti itu tak sepenuhnya berhasil. Ini malah mengubah film The Wolverine lebih condong ke arah cerita bodyguard yang melindungi seorang gadis ketimbang ke arah film superhero. Dengan berbagai adegan aksi yang begitu kurang di film ini. 

The Wolverine like using B-Class Movie treatment. 
Muatan drama di film The Wolverine yang terlalu banyak itu akan membuat penontonnya lelah mengikutinya. Saya terlalu lelah dalam mengikuti film ini. Jika film mengalir lambat di awal film untuk menceritakan back story dengan penuturan yang baik mungkin masih bisa dimaklumi. Tetapi sayang, tempo penceritaan yang mengalir sangat tenang pun terjadi di film ini. Sama sekali tak ada sebuah adegan klimaks yang mampu membuat saya duduk tenang dan menikmati apa yang ada di layar. 

Sedikitnya adegan aksi dari The Wolverine ini sendiri yang mungkin mengecewakan berbagai pihak. Jika X-Men Origins : Wolverine masih memiliki adegan dengan mengekspos adegan aksi yang melibatkan kekuatan unik milik mutant. Di filmnya kali ini, adegan aksi pun tampil sangat minimalis. Dengan sentuhan-sentuhan yang kurang dan malah membuat film ini mempunyai taste layaknya film aksi kelas B dengan menampilkan banyak ninja dan yakuza. 


Adegan aksinya sudah kurang dan dengan sentuhan yang kurang berkelas. Meskipun masih ada beberapa scene yang setidaknya masih membuat film ini cukup dinikmati. Adegan fighting di rooftop train yang cukup bagus. Yap, cukup satu yang mengasyikkan dan tak ada lagi. Sepanjang durasi sekitar 125 menit ini tetap dihajar habis dengan drama panjang yang cukup melelahkan bagi saya. Alih-alih lebih mengusung backside story yang mungkin akan kuat. But for me, totally doesn't work. 

James Mangold memang sepertinya mengarahkan The Wolverine ke dalam bentuk pendekatan yang seperti itu. Dengan gaya cerita yang lebih bertele-tele dengan pendekatan yang sekali lagi mencoba manusiawi dengan sosok superhero. Tone cerita memang dibuat lebih gloomy dengan sedikit unsur romance yang mungkin tetap tak membantu keseluruhan presentasi film ini. Tempo juga tak terjaga, semakin bertambahnya durasi film maka tempo juga semakin ikut melambat dalam menuturkan semua kisah Logan. 


Sekali lagi, treatment Plot Twist juga masih diselipkan di film Superhero satu ini. Entah, apalah itu saya sedikit was was dengan pendekatan Plot Twist di film superhero. Beberapa mungkin berhasil seperti The Dark Knight Rises atau bakal ridiculous layaknya Iron Man 3. The Wolverine pun untungnya tak bakal jatuh ke formula milik Iron Man 3. But it just me or the plot twist is quite predictable. Atau mungkin efek saya kelelahan dalam mengikuti film ini yang memiliki penuturan yang berusaha menyajikan kisah yang kompleks tetapi sangat lambat dengan durasi yang panjang. sehingga twist seperti itu rasanya biasa saja. 

But in cast, Hugh Jackman still into Logan aka The Wolverine. But now, Wolverine terlihat lebih cengeng dan lemah. Tak seberingas film-film terdahulunya. Ketika Hugh Jackman memakai baju compang camping dengan penuh jenggot sangat mengingatkan saya saat dirinya memerankan Jean Valjean di film Les Miserables. Tao Okamoto dan Svetlana Kodchenkova cukup membuat film ini setidaknya manis dengan paras cantik mereka. But, Mereka tak sampai kelewat bad-ass layaknya Rinko Kikuchi di film Pacific Rim kala memerankan Mako Mori. Rila Fukushima pun masih terbilang kurang. 


Technically, The Wolverine patut bersyukur dengan adanya Amir Mokri sebagai Director of Photography yang berhasil membingkai indah kota Jepang. Pemandangan-pemandangan serta sudut-sudut kota yang indah di negara Jepang pun mampu di shoot dengan baik. Sehingga saya cukup menyukai setting-setting tempat di film ini. Layaknya melakukan sebuah tour singkat di kota Jepang. Meskipun sayangnya Sinematografi indah itu kurang di manfaatkan dalam memberikan konversi 3D yang bagus pula dalam segi Depth. 

So, There it goes. A Mid Credit Scene which totally makes me more excited than the entire movie. Saya pun lebih menyukai 3 Menit adegan Mid Credit Scene yang shocking ketimbang 125 Menit slow-paced milik The Wolverine ini. Semua adegan Mid Credit Scene cukup memberikan banyak Easter Egg untuk melanjutkan X-Men Universe di filmnya X-Men Days Future of Past di tahun 2014. Yah, setidaknya 3 menit akhir itu cukup membayar kekecewaan yang terjalin di 125 Menit di film The Wolverine sendiri. 


Overall, The Wolverine was going too much drama. Less Mutant, Less action which totally makes this movie not going well. James Mangold makes different way to retell the back story of Wolverine. Even I know, James Mangold try harder to makes this story more complex than other. But, he cant keep the rhythm of story. It's a 125 minutes long and slow-paced movie without any climax feeling. 


Sekali lagi, Marvel pun mengkonversi film-film superhero-nya dalam format 3D. The Wolverine pun juga di rilis dalam format 3D. 

BRIGHTNESS

 
Hasil Konversi film ini dalam format 3D pun cukup memengaruhi brightness film ini. The Wolverine pun sedikit lebih gelap jika kita saksikan dalam format 3D. 

DEPTH

Seperti Iron Man 3, Film ini pun tak memberikan sebuah efek depth yang bagus. Berbagai scene yang men-shoot kemegahan kota jepang pun tak di dukung dengan efek depth 3D yang menawan. 

POP OUT
 
Seperti tidak ada yang terjadi. Pop Out film ini pun tak memberikan interaksi yang baik dengan penontonnya. Bahkan salju-saljuan yang harusnya masih bisa ter-pop out dengan baik pun tak ada gunanya. Benar-benar palsu.

 

The Wolverine bisa dibilang tak memberikan experience apapun dalam format 3D-nya. Bila dibandingkan dengan Pacific Rim yang juga sama-sama hasil konversi. The Wolverine masih jauh dari segi kualitas 3D. Well, simpan mata anda untuk menyaksikan film ini dalam format 3D. Apalagi yang tak seberapa suka format 3D. Well, 2D is enough.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

ads