Minggu, 09 Maret 2014

3 DAYS TO KILL (2014) REVIEW : CIA AGENT AND HIS DAUGHTER

Ingat film Taken ? Setelah dengan berhasil membawakan satu film spionase yang juga menjadi suatu franchise baru, Luc Besson kali ini kembal... thumbnail 1 summary

Ingat film Taken? Setelah dengan berhasil membawakan satu film spionase yang juga menjadi suatu franchise baru, Luc Besson kali ini kembali membawakan satu film spionase baru. Tidak mengajak Liam Neeson yang mungkin sudah melekat dengan sosok ayah dari film Taken. Tetapi, Luc Besson mengajak Kevin Costner sebagai leading actor untuk film aksi spionase terbarunya ini. 3 Days To Kill, judul dari film terbaru milik Luc Besson ini.

Luc Besson memang lebih sering memproduseri film-film spionase serta menulis langsung naskah dari film-film tersebut. Taken, Transporter dan masih banyak lagi film yang diproduseri langsung olehnya. Tahun lalu, Luc Besson menyapa penontonnya lewat film dengan tema Black Comedy tetap mengusung mafia dan spionase lainnya, The Family. Kali ini, 3 Days To Kill diproduseri dan naskah juga ditulis oleh Luc Besson yang diangkat dari cerita pendek miliknya. McG, mendapatkan mandat untuk mengarahkan film ini. 


Luc Besson memang lebih sering mengangkat tema Ayah-Anak di film-film aksinya. 3 Days To Kill pun memiliki satu tema yang sama dengan Taken. Dimana, Agen CIA bernama Ethan Renner (Kevin Costner) memiliki satu penyakit yang mengharuskan dirinya harus purna tugas dari CIA. Dirinya pun kembali ke Paris untuk menyusul mantan keluarganya, Zoey Renner (Hailee Steinfeld) sang Anak dan Christine Renner (Connie Nielson), mantan Istrinya.

Ethan divonis memiliki umur yang tidak lama lagi. Hingga akhirnya dia ingin di sisa hidupnya, dia menghabiskan waktu bersama dengan anaknya. Tetapi ketika dia sedang mengalami purna tugas, seseorang bernama Vivi (Amber Heard) mengajak dirinya masuk ke dalam sebuah misi lagi. Dia harus membunuh seorang bernama The Wolf (Richard Sammel) dan sebagai imbalannya, Ethan akan mendapat sebuah serum yang dapat memperpanjang umurnya. 


Another Luc Besson’s espionage

Film-film bertema spionase memang sebenarnya memiliki formula yang sama antara satu film dengan yang lain. Luc Besson memang orang yang ahli dalam meracik formula-formula itu. Taken, bisa menjadi satu film yang sangat berhasil di genre ini. Hingga akhirnya, Taken pun menjadi satu franchise baru dari genre spionase. 3 Days To Kill memiliki satu kemiripan dengan Taken. Bagaimana Luc Besson tetap mengusung cerita kedekatan Ayah-Anak dari keluarga yang sudah tidak utuh.

Jika Taken benar-benar melibatkan sang Anak dalam misinya, berbeda hal dengan 3 Days To Kill. Konsentrasi kedekatan Ayah-Anak dalam 3 Days To Kill memang berperan signifikan tetapi bagaimana kedekatan Ayah-Anak itu tidak ditampilkan dalam misi milik sang ayah yang berperan sebagai anggota CIA. Di sinilah, 3 Days To Kill pun terasa terpecah belah. Aksi terasa setengah-setengah, begitupun dengan drama Ayah-Anak serta tema keluarga yang juga ikut di angkat.

3 Days To Kill pun terkesan ter-segmentasi dengan sendirinya. Semua konflik itupun tidak bisa blend satu sama lain. Bagaimana hubungan Ayah-Anak itupun tidak bisa muncul dengan baik. Begitupun dengan adegan Aksi dan misi-misi milik Ethan yang tidak memiliki something massive untuk ditonjolkan di dalam filmnya. McG terlihat sangat kuwalahan dalam mengatur semua konflik yang ada di film ini. Alhasil dalam 110 Menit film ini, 3 Days To Kill menyuguhkan satu presentasi yang kacau. 


Film ini pun lebih menekan pada drama yang berkepanjangan dengan berbagai arahan yang masih kacau balau. Penekanan pada Drama itu pun tidak bisa dikemas dengan baik. Toh, McG tidak bisa mengarahkan filmnya ini dengan atmosfir yang begitu kuat. 3 Days To Kill pun terasa hambar. Mengambang. McG masih kebingungan dengan bagaimana film ini di arahkan, menjadi Drama yang kuat atau Aksi yang mencekat. Tetapi, McG tidak bisa mencapai keduanya.

Back story yang milik karakter-karakter penting dalam film ini pun terkesan dibiarkan. Tidak ada penggalian lebih lagi. Akhirnya, penonton pun kurang memiliki koneksi bagaimana keluarga dari Ethan ini terpecah. Meskipun disinggung, tetapi hanya sebatas dialog singkat dan tidak memberikan kesan lebih. Hal seperti itu tidak bisa memberikan pondasi yang kuat untuk menyusun semua cerita-cerita pendukung. 


Begitupun dengan Misi milik Ethan yang seperti kebingungan dalam menuturkan apa yang diinginkan dari naskah yang ditulis oleh Luc Besson dan Adi Hasak. Bagaimana Misi yang harusnya menjadi momok penting dalam film spionase malah terkesan terabaikan. Terkesan asal tempel sebagai pemanis atau memperumit konflik agar tidak jatuh terlalu drama. Well, itu tidak mampu membuat 3 Days To Kill lantas menjadi kuat. Karena akhirnya misi rumit itu pun seperti menjadi bumerang bagi McG saat mengarahkannya.

Ensemble Cast pun tidak memberikan pengaruh signifikan bagi kelangsungan film ini. Toh, aktor kawakan, Kevin Costner yang sudah bermain baik dan memberikan chemistry ayah-anak yang cukup menyentuh dengan Hailee Steinfield ini pun tak cukup untuk memperindah filmnya. Begitu pun paras Cantik Amber Heard yang sepertinya terkesan terbuang sia-sia. 3 Days To Kill benar-benar terpuruk dalam menjalankan setiap misinya untuk mempresentasikan sebuah film spionase. 


Overall, 3 Days To Kill bukan pencapaian terbaik dari film yang diproduseri oleh Luc Besson. Kekurangan sana-sini yang tidak ada usaha untuk ditambal pun semakin mempersulit jalannya film ini. Tidak ada sesuatu yang spesial yang coba disajikan di film ini. Bahkan ensemble cast pun masih kesulitan untuk menguatkan film ini. 
 

Tidak ada komentar

Posting Komentar

ads