Jumat, 22 Agustus 2014

GUARDIANS OF THE GALAXY (2014) REVIEW : ROCK N ROLL SPACE ADVENTURE [WITH 3D REVIEW]

Setelah pada bulan Maret lalu, Captain America : The Winter Soldier berhasil menjalankan pionnya dalam menuntun Marvel Cinematic Universe ph... thumbnail 1 summary

Setelah pada bulan Maret lalu, Captain America : The Winter Soldier berhasil menjalankan pionnya dalam menuntun Marvel Cinematic Universe phase 2. Maka, tibalah perjalanan Marvel Studios dalam Marvel Cinematic Universe phase 2 kali ini diujung pemberhentiannya. Penutup tentu akan berada pada Avengers : Age of Ultron yang menjadi juru kunci sebagai Marvel Cinematic Universe Phase 2 di mana para superhero akan mulai ber-assemble menumpas kejahatan.

Sebelum perjalanan mereka akhirnya berada pada garis finish, akan dipermanis terlebih dahulu oleh film yang diarahkan oleh James Gunn, Guardians of the Galaxy. Feature film pertama dari sekumpulan superhero ini memang terdengar asing bagi penonton yang hanya mengikuti superhero Marvel lewat film saja. Tetapi bagi yang sudah menonton Thor : The Dark World, tentu Guardians of the Galaxy sudah menjadi salah satu film yang ditunggu karena clue tersebut muncul di bagian end credits film Thor : The Dark World. 


Lantas, siapa sebenarnya para penjaga tata surya ini sebenarnya? Para penjahat yang ter-assemble jadi satu yang terdiri dari Peter Quill (Chris Pratt) yang lebih terkenal dengan nama Star-Lord. Dengan profesinya sebagai pencuri, misinya kali ini adalah mencuri sebuah Orb yang sedang diburu banyak orang. Termasuk Ronan (Lee Pace), kaki tangan dari Thanos. Setelah mengetahui bahwa sang Orb itu di curi oleh Star-Lord, maka Gamora (Zoe Saldana) bersedia menjadi relawan untuk mencurinya dari tangan Star-Lord.

Tentu, Star-Lord juga menjadi buronan semua orang termasuk Rocket Raccoon (Bradley Cooper) yang memburu Star-Lord dengan iming-iming uang. Mereka pun bertarung satu sama lain dan sayangnya malah membuat mereka masuk ke dalam penjara karena track record kejahatan mereka. Mereka berempat bersama Groot (Vin Diesel) dan Drax (Dave Bautista) berusaha untuk kabur dari sel tersebut dan menjual Orb itu kepada The Collector (Benico Del Toro) agar mendapat imbalan. Tetapi, suatu hal terjadi ketika mereka tahu bahwa Orb tersebut berbahaya dan akan menghancurkan sistem tata surya.


Super fun space adventure with astonishing visual.

Bagaimana bisa seorang penjahat bisa dikatakan sebagai superhero pembasmi kejahatan? Well, beberapa hal itu adalah sesuatu yang eksperimental tetapi juga bisa sebagai formula yang sudah tidak asing lagi di dunia Hollywood. Dan itulah yang terjadi di film yang diangkat dari komik milik Marvel, Guardians of the Galaxy yang diarahkan oleh James Gunn. Guardians of the Galaxy tak hanya terdiri dari satu penjahat tetapi, banyak penjahat yang tergabung dalam satu tim.

Tetapi, treatment yang dilakukan oleh Guardians of the Galaxy ini masih memiliki template yang sama dengan film-film superhero ala Marvel lainnya. Hanya saja, latar belakang para karakter di film ini memiliki dasar sifat kriminal dan pemberontak yang tentu jauh dari citra superhero yang biasanya digambarkan memiliki sifat wibawa dan berhati manis. Dan dengan arahan yang sangat baik dari James Gunn, Guardians of the Galaxy berhasil menjadi sebuah film superhero yang groundbreaking dan sangat menyenangkan untuk diikuti.

Tentu tak mudah mengarahkan sebuah film yang memiliki karakter utama yang banyak di sebuah film. Toh, The Avengers pun memutuskan untuk memberikan beberapa spin-off dari para superhero yang tergabung di Avengers Assemble agar tidak kacau di film utamanya. James Gunn tentu mengemban tugas yang sangat berat untuk menjelaskan satu-satu siapa itu Peter Quill, Gamora, Rocket Raccoon, Drax dan Groot di film superhero berdurasi 120 menit ini.


Semua penjelasan siapa itu para penjahat yang tergabung di Guardians of the Galaxy mungkin tidak sampai akarnya. Tentu James Gunn dan kru tahu batasan seperti apa untuk menjelaskan cerita pendukung dari karakter-karakter di Guardians of the Galaxy agar tidak terkesan one dimensional character. Semuanya dirangkum dengan dialog-dialog yang cukup informatif dan dengan tempo penceritaan yang teratur. Tidak semua diceritakan dengan tergesa-gesa demi sajian pertarungan visual effect dan ledakan tanpa henti di second act hingga final act.

Marvel Studios yang diproduseri oleh Kevin Feige ini tahu bagaimana untuk membuat sebuah film megah yang tentu tidak melupakan apa yang penting di dalam sebuah film yaitu Cerita. Jelas, film Marvel Studios tidak mau hanya dikatakan sebagai film dengan visual effect megah dengan kualitas cerita murahan (seperti Michael Bay). Guardians of the Galaxy pun memiliki porsi seimbang sehingga cerita dan visual effect megah yang disajikan akan berjalan selaras dan dengan mudah membekas di pikiran penontonnya hingga berhari-hari. Yang jelas masih ada heartfelt momennya yang ter-capture indah dan memainkan emosi penontonnya. 


Pun berhasil merangkum cerita yang sesungguhnya sungguh banyak untuk dituangkan dengan 120 menit yang sangat efektif tanpa ada kesan draggy dan dipanjang-panjangkan yang malah membuat penonton pegal. (Yeah, I see you Transformers : Age of Extinction). Guardians of the Galaxy masih memiliki setiap visualnya yang megah dan elegan. Kecantikan gambarnya tertangkap dengan sangat baik didukung dengan kamera IMAX. Meskipun tak menontonnya di versi IMAX, keindahan gambar tersebut masih dapat dinikmati jelas oleh penontonnya.

Sebenarnya, Guardians of the Galaxy memiliki potensi menjadi sebuah sajian yang sangat menjemukan untuk diikuti. Tetapi di tangan James Gunn, hal tersebut malah berubah menjadi ladang emas yang menggiurkan. Segala cibiran skeptis tentang Guardians of the Galaxy berhasil dipatahkan. Guardians of the Galaxy diubahnya menjadi sebuah petualangan di luar angkasa yang memiliki dosis ‘fun’ yang sangat tinggi dan sangat ‘rock n roll’. 


Sense of humor milik Guardians of the Galaxy ini tentu sangat menarik dan berhasil dituangkan ke film ini. Tentu, tak lepas dari tangan hangat milik James Gunn yang berhasil menginterpretasikan komedinya yang renyah dari skenario yang dia tulis dengan Nicole Perlman kepada para karakter di film ini. Yap, karakter yang super nyeleneh di film ini menjadi sebuah kekuatan sendiri dari film Guardians of the Galaxy yang akhirnya membuat film sangat nikmat untuk diikuti hingga menit akhir. Bahkan setelah credit film ini muncul pun, masih ada rasa adiktif yang membuat penonton menginginkannya lagi.

Dengan karakter yang memiliki kepribadian bad-ass ini diperkuat dengan jajaran soundtrack yang mengiringi setiap menit dari Guardians of the Galaxy. Music Director dari film ini memiliki sense of music yang cemerlang. Playlist di film ini diisi dengan lagu-lagu dari tahun 80-an yang akhirnya membuat lagu tersebut terngiang dan didengarkan lagi oleh penonton di masa sekarang. And voila, Guardians of the Galaxy pun benar-benar memiliki nuansa ‘rock n roll’ yang sangat kental. 


Dan sekali lagi, Marvel membuktikan ke-digdayaannya untuk memberikan sebuah film dengan kualitas dan kuantitas yang cemerlang. Guardians of the Galaxy dengan mudah melenggang menjadi salah satu film Superhero milik Marvel yang memorable sejajar dengan Iron Man, Captain America : The Winter Soldier dan bahkan The Avengers. James Gunn sangat tahu bagaimana mengolah superhero yang asing di telinga penontonnya menjadi salah satu film yang memorable tahun ini. This is so frickin cool, man !

Seperti film-film Marvel sebelumnya, Guardians of the Galaxy pun di rilis dalam format 3D (Bahkan IMAX 3D). Berikut penilaiannya.

DEPTH
 

Sangat mengagumkan. Kedalaman film ini jika disaksikan dalam format 3D begitu hidup dan tampak nyata.

POP OUT
Tak cukup banyak, tetapi sangat menghibur penontonnya ketika efek Pop-Out film ini muncul di film.

SO YES! Watch Guardians of the Galaxy in 3D Format or you will lose everything. Bahkan, sangat disarankan untuk menonton ini di dalam format IMAX  karena akan banyak keindahan yang sepertinya dibatasi ketika menontonnya dalam format digital 3D.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

ads