Rabu, 27 Februari 2013

REVIEW - Warm Bodies

Jonathan Levine yang namanya mulai terangkat sejak directing-nya yang bagus di film Drama Comedy 50/50 yang dibintangi oleh Joseph Gordon-Le... thumbnail 1 summary
Jonathan Levine yang namanya mulai terangkat sejak directing-nya yang bagus di film Drama Comedy 50/50 yang dibintangi oleh Joseph Gordon-Levitt. Kali ini menangani sebuah film adaptasi dari novel fiksi dari Isaac Marion yang berjudul "Warm Bodies" yang membuntuti jejak Twilight. Apakah Film percintaan ini juga akan membuntuti kualitas dari film Twilight? Atau akan berbeda?

Menceritakan tentang seorang Zombie bernama R (Nicholas Hault) yang sudah lama menjadi zombie dan tiba-tiba bertemu dengan wanita cantik bernama Julie (Teresa Palmer). Julie saat itu sedang masuk ke dalam area Zombie dan sedang bertarung dengan para zombie. Tak disangka, ternyata sebuah getaran cinta datang. R suka dengan Julie. Julie pun dibawa oleh R ke tempat dia tinggal dan tinggal disana beberapa hari serta Julie pun pura-pura menjadi seorang Zombie. Setelah itu, para zombie pun tahu bahwa Julie adalah manusia. M (Rob Corddry) yang akan mencoba untuk menyerang Julie pun tiba-tiba tergetar hatinya dan tak jadi menyerangnya. Tetapi, para Bonnies (Zombie yang sudah mengelupas menjadi tengkorak) mengincar R dan Julie. Ayah Julie, Grigio (John Malkovich) yang menjadi pemimpin untuk memberantas Zombie melancarkan serangan ke para Bonnies. Julie yang juga menaruh hati kepada R tiba-tiba merubah sesuatu.
http://www.newmoviewalls.com/user-content/uploads/wall/o/70/Warm_Bodies.jpg 
Cerita tentang dua makhluk beda alam yang saling jatuh cinta? Hmm.. sungguh klise. Sudah pernah kita tahu, Cerita cinta milik Vampire dengan manusia lewat The Twilight Saga yang sebenarnya cukup melambai dan juga memberikan kualitas yang bisa dibilang buruk mulai dari awal serinya dibuka. Lalu? Apakah Warm Bodies punya formula dan kualitas yang sama juga? Sebenarnya jika formula yang digunakan mungkin bisa dikatakan sama. Hanya saja, monsternya kali ini adalah sesosok Zombie bukan sesosok Vampire. Dan kali ini menggunakan sudut pandang dari Zombie bukan dari sesosok Manusia. Sehingga, formula yang usang itu dikemas lagi dalam bentuk yang lebih fresh serta unik. Bagaimana diceritakan ulah seorang Zombie yang tiba-tiba mempunyai rasa yang lain kepada seorang wanita dari kalangan manusia. Gelagat dari seorang zombie yang mempunyai darah dingin berusaha untuk tidak terlihat dingin di depan wanita yang dicintainya. Narasi pengantar film ini yang diambil dari sudut pandang seorang Zombie juga semakin memperkuat jalinan cerita yang memang diambil dari sudut pandang Zombie. Narasi yang cukup fresh, unik, serta beberapa penggunaan komedi yang cukup renyah digunakan di film ini. Narasi disini cukup mengingatkan saya dengan gaya Narasi yang digunakan Jonathan Levine di film 50/50. Lalu bagaimana dengan Kualitas film ini? Salah bagi anda dengan skeptis membandingkan film ini dengan The Twilight Saga. Salah, jika anda benar-benar meragukan kualitas film ini yang mungkin anda kira akan sekelas dengan The Twilight Saga. Mungkin, production house boleh sama. Tetapi, pengolahan cerita dan eksekusi yang dilakukan Warm Bodies jauh melangkah di depan The Twilight Saga. Sepertinya komposisi yang pas antara Romansa cinta, Aksi, serta balutan komedi yang dicurahkan kedalam skrip dengan durasi 99 Menit ini tersusun dengan baik. Novel Warm Bodies yang diangkat ke sebuah motion picture diangkat dengan cara efektif yang sepertinya tak seberapa kehilangan esensi cerita dinovelnya sehingga beberapa main plot-nya tak seberapa terganggu. Well, dengan beberapa penceritaan yang tiba-tiba terasa cepat diawal. Sepertinya penceritaan film ini yang dihantarkan dengan sebuah Narasi yang ternyata sedikit membuat beberapa hal tak tersampaikan dengan di film ini.
http://best-wallpaper.net/wallpaper/1600x900/1301/2013-movie-Warm-Bodies_1600x900.jpg 
Hasilnya, sebuah penceritaan yang menyisakan beberapa plot hole sana sini sehingga membuat penontonnya sedikit bingung ketika mengikuti film ini. Penggalian beberapa masalah pun hasilnya tak terjabarkan dengan baik. Asal muasal area penuh Zombie itu pun tak juga dijelaskan dengan baik. Meskipun masih ada sedikit cerita tentang asal daerah itu. Well at least, semua kelemahan itu pun membuat penonton setidaknya melupakannya. Karena diganjar dengan beberapa penceritaan yang semakin bertambah semakin membaik. Karena semakin banyaknya durasi, cerita film ini semakin menarik. Kefokusan penceritaan film ini pun kembali ke pakemnya semula. Joke-joke yang diberikan di film ini pun juga pas meski ada beberapa yang mungkin tak mengundang tawa. Ending film ini pun sebenarnya sangat klise. Yap! we cant predict it. This movie gonna be Happily Ever After. But hey, This is Romance movie. Meski dengan tambahan unsur Zombie yang tak menyalahi aturan Zombie umumnya tetapi jurus utama film ini tetap saja pada bagian Romance-nya yang memang sweet and lovable. Setelah CGI yang gagal diberikan dengan bagus di film The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 2, sepertinya CGI yang diberikan oleh Summit Entertainment pun terkesan menggunakan CGI yang sedikit kasar dibeberapa sudut film ini. Monster-monster kaum Bonnies yang digambarkan pun di film ini pun tak terkesan bagus. Biasa saja dan kurang terlihat real. Lalu, CGI saat R dan Julie berada di atas menara gedung yang juga sangat terlihat sekali CGI nya yang kurang halus. Summit Entertainment sepertinya harus mencari kerjasama dengan CGI Company lain. Karena sangat disayangkan, jika film Fiksi seperti ini penggambaran beberapa karakter yang penuh CGI dieksekusi dengan kurang bagus sehingga tak memaksimalkan cerita di film ini. Tetapi, tetap saja tak mengurangi betapa menghiburnya film ini bagi saya. Dengan dukungan cast film ini yang juga sepertinya masih baru. Nicholas Hault memerankan seorang Zombie dengan gimmick zombie yang kental sekali. Kaku, dingin, serta kocak. Teresa Palmer yang pernah muncul di film I Am Number Four sebagai Six mempunyai paras yang cantik. But... She looks like Kristen Stewart isn't she? Yah, saya seperti melihat cermin dari Kristen Stewart di paras Teresa Palmer. Tetapi, dengan act ability yang tentunya lebih bagus ketimbang Kristen Stewart yang hanya memainkan mimik muka melongo saja. Dengan dukungan beberapa soundtrack yang terasa 80's yang pas dengan film ini. Lagu-lagu pop rock classic yang menghiasi film ini. Lagu-lagu mereka yang classic itu setidaknya mencuri perhatian penontonnya. Kabar baik bagi para penonton pria, Film ini bukan seperti film Romansa cinta antara manusia dan makhluk penghisap darah yang melambai itu. Karena pria yang menonton film ini pun akan terhibur dengan beberapa aksinya dan humornya yang renyah dan cerdas. Well, Warm Bodies is NOT the NEXT Twilight Saga. It's More better than them. 
Overall, Warm Bodies adalah sebuah romansa cinta antara Zombie dan Manusia yang unik, fresh, dan juga menghibur. Meski beberapa plot hole tersebar, tetapi Film ini Tetap enjoyable dan benar-benar menghibur.

Minggu, 24 Februari 2013

REVIEW - Rectoverso

Membuat film omnibus memang susah-susah gampang. Banyak sekali film dari Indonesia maupun Luar Negeri yang bisa dikategorikan kurang bagus d... thumbnail 1 summary
Membuat film omnibus memang susah-susah gampang. Banyak sekali film dari Indonesia maupun Luar Negeri yang bisa dikategorikan kurang bagus dalam membungkus beberapa cerita menjadi satu kesatuan yang utuh. Kali ini dari banyaknya sutradara Marcella Zalianty, Olga Lydia, Rachel Maryam, Cathy Sharon, serta Happy Salma mengangkat sebuah buku kumpul cerpen milik Dee Lestari yang berjudul Rectoverso. Bagaimana dengan hasilnya?

Sepertinya di review saya kali ini, saya akan menjabarkan satu persatu cerita di Rectoverso. Ada 5 Cerita di film ini dengan 5 Sutradara yang berbeda. Sepertinya saya akan mengurutkan satu-satu mulai dari segmen yang menurut saya lemah hingga segmen yang paling kuat di film ini. Dan inilaah.... Here We Go....
Director : Happy Salma
Writer : Key Mangunsong
Menceritakan tentang seorang wanita bernama Al yang sedang jatuh cinta dengan orang bernama Raga yang bertemu lewat akun mailing list. Mereka banyak menceritakan sesuatu hal. Tetapi, Al hanya bisa mencintai Raga lewat punggungnya saja. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Dia hanya bisa mengagumi sesosok Raga meski dia bertemu langsung dengannya. 
http://klimg.com/kapanlagi.com/g/foto_film_hanya_isyarat_-_rectoverso/p/hanya_isyarat-20121226-001-rita.jpg 
Mencintai orang diam-diam, bertepuk sebelah tangan, sebenarnya mempunyai sebuah premis yang menarik. Hanya saja, segmen ini adalah segmen yang ingin saya skip. Kenapa? entah, beberapa bagian membacakan kata-kata puitis indah nan menyentuh rasanya gagal di segmen ini. Beberapa Intonasi puisi yang monoton layaknya Film 5 Cm alhasil puisi di film ini beberapa kali terdengar aneh. Yah, Setidaknya tak separah 5 Cm. Kata-kata puitis yang disampaikan dan terkesan seperti membaca sebuah sajak yang mungkin membuat puisi disini terdengar aneh. Segmen film ini yang paling tak bernyawa menurut saya. Meskipun terkadang beberapa bagian bakal sangat menohok bagi orang yang jatuh cinta diam-diam. Rasanya Fauzi Baadila di film ini aktingnya terkesan santai, tak serius, begitu pula dengan pemeran utamanya Amanda Soekasah. Segmen ini pun menjadi tak kuat lantaran beberapa eksekusi akting yang rasanya bisa dibilang kurang. Menjadi sebuah cerita "cinta yang tak terucap" yang kurang terucap dengan baik di sebuah motion picture. Serta menjadi sebuah bagian Rectoverso yang paling tidak memorable ketimbang lainnya.
 

Director : Rachel Maryam
Writer : Indra Herlambang


Menceritakan tentang seseorang yang bernama Senja (Asmirandah) dia mempunyai sebuah klub Firasat dan bertemu dengan seorang bernama Panca (Dwi Sasono). Senja yang mempunyai firasat buruk tentang Panca ketika Panca akan pulang ke Padang untuk menjenguk ibunya. Senja pun melarang Panca pergi kesana.
smallthumb_vidIdFC_12102012_175725 
Apa yang ditawarkan oleh cerita di film ini bisa dikatakan film ini sangat Cliche dan yang paling cheesy di film Rectoverso. Yah, segmen ini adalah segmen memang lemah dibandingkan dengan yang lainnya. Asmirandah pun kurang begitu menjalin chemistry yang bagus dengan Dwi Sasono. Cerita yang dibangun pun kurang dibawakan dengan epic. Hanya beberapa balutan kata puitis yang indah yang dibawakan dengan pengucapan yang enak didengar yang setidaknya memperkuat film ini. Karakter central yaitu Asmirandah yang berperan sebagai Senja pun beruntung dibawakan dengan bagus olehnya. Serta beruntung, beberapa bagian sinematografi yang ditangkap begitu Indah dari berbagai sudut yang menentramkan jiwa juga menjadi nilai plus tersendiri. Oh ya, jangan lupakan Special Appearance dari Widyawati yang sangat keibuan sekali di film ini. Skrip yang ditulis oleh Indra Herlambang nampaknya kurang diperhatikan. Sehingga film ini nampak kurang bernyawa ketimbang lainnya. Meski diawal, segmen ini cukup menjanjikan. Tetapi, dengan penyelesaian yang mungkin cukup bisa ditebak serta terlalu flamboyan. Hasilnya segmen ini gagal tereksekusi dengan baik. Untungnya, buat saya segmen ini setidaknya menghibur.
 

 Director : Cathy Sharon 
Menceritakan tentang Taja (Yama Carlos) yang bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Saras (Sophia Latjuba). Taja yang sempat melirik-lirik Saras, ternyata membuat Saras tertarik. Hasilnya mereka berhubungan. Keesokan harinya, mereka bertemu lagi di sebuah kafe. Mereka terjalin Cinta Satu Malam. Karena setelah itu, Taja tak menemukan sesosok Saras lagi. Pada akhirnya, Saras menjadi Calon Istri teman karibnya sendiri. 
http://selebuzz.com/images/rectoverso/rectoverso5.jpg 
Saya sebenarnya dilema harus menempatkan segmen ke nomor dua atau nomer tiga. Bisa dianggap Segmen ini dan Segmen yang akan muncul di nomor dua nanti mempunyai score yang tidak signifikan. Segmen ini sedikit dibawah dibandingkan segmen yang akan muncul di nomor dua nanti. Cicak Di Dinding, di eksekusi dengan sangat baik oleh Cathy Sharon. Terutaman akting dari Sophia Latjuba yang bisa menampilkan sesosok Saras yang naughty dan chemsitry yang epik dengan Yama Carlos yang menjelma menjadi Taja yang innocent kalo bisa dibilang. Skrip yang tersusun rapi dengan beberapa penyutradaraan dari Cathy Sharon yang tahu betul untuk membawa tema ini menjadi sebuah Segmen yang menurut saya kuat dengan penceritaan yang cukup unik serta beberapa humor-humor cerdas yang tak terkesan Basi. Sebuah Tema tentang cinta yang lebih glamor disampaikan dengan cara yang baik. Segmen ini pun tak terkesan glamour penuh hura-hura seperti yang ditampilkan beberapa film Indonesia dengan tema sejenis. Cicak Di Dinding benar-benar tertancap di dinding hati saya. 
Director : Olga Lidya
Writers : Ilya Sigma & Priesnanda Dwi Satria
Menceritakan tentang Amanda (Acha Septriasa) yang berteman baik dengan Reggie (Indra Birowo). Reggie selalu berada di samping Amanda jika Amanda sedang mengalami kesulitan dengan pacar-pacarnya. Reggie ternyata juga diam-diam menaruh perasaan lebih ke Amanda. Meski Amanda sepertinya sudah nyaman dengan Reggie sebagai sahabat yang selalu menolongnya setiap saat. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-W4QCKHBwCR0IKt08G59HcTOWUp1Qx1fnt_in3B-46ZLAaCb2BLKsGCuf00NBWTKrpZ6I-wUE5hVbU1jUlpq4kMuwNtAVj9o9ctYJspNveps1QIFqo_LGhnh8YZErEqSkJJo0e-XZMg0/s1600/rectoverso8.jpg 
Segmen ini sebenarnya mempunyai cerita yang simple serta formulaic. Tetapi, entah kenapa saya begitu menyukai segmen ini. Beberapa adegan terjabarkan dengan jelas dengan alur maju mundur yang cukup unik. Skrip milik Ilya Sigma & Priesnanda Dwi Satria cukup tertata meski penyelesaian film ini sedikit kendor di beberapa bagian. Tetapi untungnya Olga Lydia menggawangi segmen ini dengan baik dan benar sehingga segmen ini tak terjerumus segmen yang berantakan. Segmen ini adalah segmen paling menghibur dari semua segmen. Dengan beberapa humor-humor yang bisa membuat kita tertawa dan juga tetap terfokus dengan cerita cintanya yang juga menawan dan kuat membuat saya menaruh segmen menjadi nomor dua. Sepertinya semenjak Test Pack, Acha Septriasa tahu benar berakting. Akting dia kali ini juga tak kalah dengan aktingnya di Test Pack. Natural sekali. Meski terkadang penggunaan mimik yang digunakan Acha sedikit berlebihan. Indra Birowo pun bisa menjadi karakter serius tak seterusnya cengengesan. Dia juga bisa membawakan peran menjadi seorang yang terkena momen "Friendzone tingkat Dewa" yang cukup bagus. Beberapa kali mimik seperti orang yang Ingin menyatakan perasaannya tetapi tertahan juga di ekspresikan dengan cukup baik. Sepertinya banyak sekali penonton yang terjebak di romansa dilema "friendzone" seperti ini. Maka inilah sebuah segmen yang mungkin menjadi sesuatu yang sentimentil bagi mayoritas penonton film ini. Dilema dengan egonya. Perasaan sayang yang harus ditutupi demi persahabatan yang sudah lama terjalin. Perasaan sayang yang lebih dari sayang kepada seorang sahabat



Director : Marcella Zalianty
Writer : Ve Handojo
Menceritakan tentang Abang (Lukman Sardi) yang memiliki keterbelakangan mental yang diam-diam menaruh hati kepada seseorang wanita penghuni kos milik ibunya yaitu Leia (Prisa Nasution). Tetapi, Leia tak tahu jika ternyata Abang mencintainya. Hingga pada suatu saat dia bertemu dengan Hans, adik dari Abang. Leia dan Hans pun menjalin suatu hubungan. Tetapi Bunda (Dewi Irawan) mengatakan bahwa dia harus menyembunyikan hubungan mereka dari Abang. 
http://klimg.com/kapanlagi.com/g/foto_adegan_film_malaikat_juga_tahu_-_rectoverso/p/malaikat_juga_tahu-20121226-002-rita.jpg 
Malaikat Juga Tahu siapa yang jadi Juaranya. Yah! Segmen ini benar-benar menguras emosi, perasaan, semua campur aduk menjadi satu. Dan ini menjadi segmen paling epic. Dan Inilah juaranya. Segmen Malaikat Juga Tahu ini benar-benar yang paling klimaks. Semua terpackage jadi satu. Sebuah jalinan cerita yang kuat serta solid disajikan dengan di sebuah motion picture yang Indah. Dengan penampilan epic dari Lukman Sardi yang memerankan Abang dengan begitu kuat. Lukman Sardi benar-benar total di segmen ini. Skrip milik Ve Handojo ini sepertinya tahu betul caranya menerjemahkan semua cerpen ini dengan bagus ke dalam sebuah film. Dengan arahan dari Marcella Zalianty yang sepertinya tak salah jika dia memilih Cerpen ini dan mengarahkan cerita kuat ini ke sebuah motion picture. Sebuah jalinan cerita yang kuat yang benar-benar membuat saya kehabisan kata-kata. Jalinan cerita yang mungkin menyentuh bagi para penontonnya. Begitu kuatnya sehingga siapa saja bakal dengan gampang jatuh cinta dengan Segmen ini. Siapa saja bakal dengan gampang menitihkan air mata dengan pembawaan emosi cerita yang sangat mengoyak-ngoyak hati penontonnya. Saya pun akan menitihkan air mata ketika segmen bergulir dengan Indah di Rectoverso . Karena jalinan cerita segmen kuat sekali sehingga penonton akan mudah terbawa suasana yang dibawakan dengan baik oleh segmen ini. TWO THUMBS UP !
Rectoverso sepertinya bukan memberikan sebuah film yang diceritakan dengan penceritaan konklusi yang dijabarkan dengan jelas. Mungkin, Rectoverso ingin memberikan sebuah pemikiran bagi para penonton, Cerita mana yang sesuai dengan pengalaman pribadi para penontonnya. Cerita "Cinta yang tak terucap" mana yang pas dengan pengalaman pribadi penontonnya? Lalu sebuah penyelesaian atau konklusi yang seprti apakah yang akan terjadi di kehidupan pribadi penonton yang ceritanya mungkin pas dengan segmen-segmen yang ada di film Rectoverso?. Yah, Film ini bukan sekedar sebuah drama percintaan yang memberikan sesuatu yang terlalu flamboyan. Film ini adalah sebuah rangkaian kata-kata puisi yang sangat merobek hati penontonnya. Segmen di film ini tidak berdiri sendiri-sendiri. Penceritaan setiap segmen yang dipecah-pecah dengan editing yang epic milik Cesa David Lukmansyah sehingga essence cerita masing-masing segmen di film ini tak hilang dan sepertinya mempunyai benang merah di setiap segmennya meskipun tak ada hubungan antar segmennya. Setiap perpindahan antar scene dari beberapa cerita yang berbeda tersusun rapi, tertata dan indah. Dengan Narasi pengantar yang juga mewakili setiap segmen di film ini. Sebenarnya Omnibus dengan cerita seperti ini banyak yang tereksekusi gagal contoh dalam negeri Hi5teria yang baru-baru ini. Bahkan Valentine's Day dan New Years Eve milik Gary Marshall pun gagal pengeksekusian dalam penceritaan yang ternyata saling sambung menyambung antar karakter yang sedikit membuat penonton bingung. Rectoverso pun sebenarnya tak punya benang merah antar karakter tetapi semua itu dibuat ada di film ini dan dikategorikan berhasil memberikan satu kesatuan 5 cerita berbeda di satu film dan itulah salah satu keunggulan film ini. Kelemahan film ini terletak di Sound Editing dan Mixing yang kacau dibeberapa bagian. Lipsync yang sangat kentara di film ini memberikan minus di film yang sudah terbungkus apik ini. Terutama di segmen Hanya Isyarat dimana Audio di segmen itu sangat terlihat kacau. Beruntung sinematografi apik milik Yadi Sugandi juga menjadi salah satu kelebihan film ini. Semua angle pemandangan yang tershoot dengan epic sehingga juga mendukung penceritaan cerita cinta yang romantis dengan dukungan angle yang menawan. Jangan lupakan soundtrack di film ini yang juga semakin memperkuat semuanya. Lagu "Malaikat Juga Tahu" yang di remake oleh Glenn Fredly membuat klimaks dari semua segmen di film ini semakin terasa. Serta suara manis milik Raisa di lagu Firasat juga membangun semua suasana romantis di film ini.
Overall, Rectoverso adalah sebuah Omnibus milik Indonesia yang memiliki sebuah penceritaan yang bagus. Dengan editing yang tentunya epic. Serta beberapa soundtrack yang membuat film ini menohok para penontonnya di bagian scene yang mungkin sentimentil.  

Rabu, 20 Februari 2013

REVIEW - Flight

Sutradara kenamaan yang namanya tak diragukan lagi sejak filmnya berjudul "Forrest Gump" mendapatkan penghargaan bergengsi Academy... thumbnail 1 summary
Sutradara kenamaan yang namanya tak diragukan lagi sejak filmnya berjudul "Forrest Gump" mendapatkan penghargaan bergengsi Academy Awards kategori Best Picture tahun 1995. Robert Zemeckis pun mencoba membuat film luar biasa berjudul Cast Away. Kali ini, Dia mencoba membuat sebuah film yang juga mendapatkan Nominasi di Academy Awards berjudul Flight. Apakah film ini sebagus film-film sebelumnya?

Menceritakan tentang seorang Pilot Captain bernama Whip Whitaker (Denzel Washington) yang sedang menjalani perjalanan menuju atlanta dengan pesawat berisikan 102 orang. Saat awal perjalanan, dia sudah mengalami kesulitan tetapi dengan gampang teratasi. Saat setelah selesai, dia meminum dua botol vodka yang diisikan ke dalam minumannya. Saat penerbangan mengalami masalah lagi, Dia sudah mabuk dan mencoba untuk mengendalikan semuanya. Pesawatnya pun terbalik dan menabrak pemukiman warga meski begitu 102 penumpangnya selamat kecuali seorang pramugari bernama Katerina marquez (Nadine Velazquez). Saat dia selamat dan menjalani perawatan, kasus kecelakaan Whip Whitaker diselidiki. Hugh Lang (Don Cheadle) adalah pengacara yang diutus untuk membantu agar Whip Whitaker tidak bersalah. Disaat dia kesulitan, dia bertemu dengan seorang wanita bernama Nicole (Kelly Reilly) yang juga seorang pecandu narkoba.
http://graphics8.nytimes.com/images/2012/10/28/arts/28FLIGHT_SPAN/28FLIGHT_SPAN-articleLarge-v2.jpg 
Well, Robert Zemeckis sepertinya sudah mulai kembali ke pakemnya untuk membuat film-film yang bertujuan untuk memenangkan nominasi Academu Awards lagi. Setelah beberapa kali kehilangan arah dalam membuat sebuah film Animasi yang memang cukup gagal dari segi kualitas maupun finansial. Mungkin sutradara satu ini merasa terbatasi saat harus menyutradarai sebuah film animasi. Contohnya Mars Needs Moms, A Christmas Carol yang memang gagal dalam memberikan sajian film animasi yang epic dari segi visual maupun cerita dan juga box office yang kurang bersahabat dengan film-film itu. Flight pun menjadi sebuah rasa rindu dari seorang Robert Zemeckis yang sudah membuat sebuah film Masterpiece favorit saya Forrest Gump serta film "Life Of Pi" versi tahun 2000 berjudul Cast Away. Flight memang mempunyai naskah cerita yang original dan menarik tak salah jika film ini masuk nominasi "Best Original Screenplay". Naskah yang ditulis John Gatins ini memang mempunyai sesuatu yang luar biasa. Ini adalah sebuah cerita tentang suatu kecelakaan pesawat yang diambil dari sisi yang berbeda yaitu dari sisi seorang pilot yang memang bermasalah. Tetapi menurut saya, konsep yang menarik itu sepertinya mempunyai konsep yang formulaic sehingga dengan beberapa penceritaan yang cukup cliche and ordinary. Flight sepertinya kurang memberikan sesuatu yang Istimewa jika disejajarkan dengan film-film yang juga bersaing dalam nominasi Academy Awards. Saya memang belum menonton Zero Dark Thirty ataupun Django Unchained. Tetapi, setelah sedikit membaca sinopsis film-film tersebut, Flight sepertinya mempunyai cerita drama yang menurut saya kurang memberikan sesuatu yang spesial dibandingkan dengan konsep-konsep cerita film tersebut. Ceritanya standar saja, dengan penyelesaian yang cukup mudah ditebak meskipun akting dari Denzel Washington yang meyakinkan sehingga membuat penonton akan memberikan beberapa terkaan yang mungkin terkaan mereka salah satunya akan menjadi kenyataan dalam akhir film ini. Beruntung, naskah yang yang simple itu tertangani dengan baik oleh Zemeckis. 
http://www.filmofilia.com/wp-content/uploads/2012/11/FLIGHT-Image-02.jpg 
Naskah cerita sederhana itu dibawakan dengan penyampaian cerita yang padat. Sehingga cerita drama itu enak untuk diikuti. Mungkin ada beberapa penceritaan yang kurang terjabarkan dengan jelas sehingga beberapa bagian terasa seperti di skip. Penggalian karakter yang sepertinya terkesan nanggung terhadap Pilot Whip Whitaker meski semuanya sudah cukup terjabarkan dengan jelas. Begitu pula dengan sesosok Nicole. Itu semua tak begitu berarti karena suguhan drama yang cukup intens. Betapa saya jatuh cintanya dengan Paruh awal film ini. Scene saat kejadian penerbangan pesawat yang mungkin membuat kita yang penasaran bagaimana keadaan di dalam pesawat saat terjadinya kecelakaan. Di film ini semua tergambarkan dengan jelas. Betapa panik, takut, dan cemasnya semua orang yang berada di dalam pesawat itu. Bukan hanya penumpang, tetapi juga awak pesawat yang harus bisa menenangkan para penumpangnya meskipun dirinya sendiri harus melawan rasa takut yang berasal dari dalam dirinya. Yah, adegan didalam pesawat itu adalah adegan jenius, superb dan breathtaking. Meski tetap saja, "adegan didalam keadaan terdesak" di dalam film ini masih belum mengalahkan betapa pedihnya seseorang terbawa arus Tsunami yang kuat milik film "The Impossible". Karena saat akhir adegan kecelakaan pesawat, pengambilan angle kamera dari sudut pandang Whip Whitaker yang menurut saya antiklimaks membuat perasaan saya terjun bebas menjadi biasa saja. Sepertinya Robert Zimeckis kurang bisa menjaga ritme tensi ketegangan film ini. Tak seperti film The Impossible yang memang membuat penontonnya teriris pedih melihat kejadian bencana tsunami. Bersyukur, Aktor Utama film ini yang cukup mempunyai jam terbang tinggi Denzel Washington bermain dengan epic di film ini. Karakter Whip Whitaker yang memang terkadang arogan, egois, serta keras kepala diperankan dengan baik dan natural. Permainan atau gimmick atau gesture mulutnya saat dalam keadaan terjepit yang khas yang membuat acting Denzel Washington terkesan natural. Tak salah jika dia masuk nominasi Best Leading Actor Academy Awards 2012. Pemain wanita pendukungnya Kelly Reilly yang cukup bisa menyeimbangi peran Denzel. Meski memang, center character film ini yaitu Whip Whitaker sehingga screen time Denzel Washington lebih banyak ketimbang yang lainnya. 
Overall, Flight adalah sebuah film drama yang mempunyai konsep yang menarik tetapi tidak memberikan sesuatu yang spesial didalam naskahnya. Beruntung dengan eksekusi yang baik, cerita sederhana ini disampaikan dengan padat dengan sedikit celah kosong yang mungkin termaafkan serta penampilan epic dari aktornya dan jangan lupakan 15 Menit adegan di dalam pesawat yang Superb!

Senin, 18 Februari 2013

REVIEW - Wreck-It Ralph

Disney adalah animation movie maker production house yang sudah mempunyai jam terbang tinggi. Kali ini Disney (Walt Disney tanpa bantuan pi... thumbnail 1 summary

Disney adalah animation movie maker production house yang sudah mempunyai jam terbang tinggi. Kali ini Disney (Walt Disney tanpa bantuan pixar) yang notabene membuat film animasi bergambar 2D membuat film bernamakan Wreck-It Ralph. Ditangan sutradara baru, apakah film ini bisa menyamai kualitas film-film disney yang berkualitas?

Menceritakan tentang Wreck-It Ralph (John C. Reilly) yang sudah bosan menjalani kehidupan menjadi seorang penjahat di sebuah game bernama Fix-It Felix Jr. Suatu ketika, Wreck-It Ralph berusaha untuk mendapatkan sebuah medali yang akan merubahnya menjadi terpandang dipermainannya. Akhirnya dia mencoba mendapatkan sebuah medali di permainan Hero's Duty. Setelah mendapatkan medali itu, tanpa sengaja dia membawa Cy-Bug, penjahat di game itu ke sebuah permainan lain bernama Sugar Rush. Disana Ralph bertemu dengan Venellope, seorang Glitch atau seorang program yang rusak yang tidak diijinkan main di arena. Meski begitu, Venellope pun bersikeras untuk tetap ikut balapan di dalam permainannya. 
Wreck-It Ralph memang sebuah sajian animasi yang pas untuk keluaran disney. Film ini pun juga mempunyai konsep cerita yang cukup unik dan jenius menurut saya oh dan tentunya cerita film ini yang original membuat film ini mempunyai sebuah nilai plus. Membuka suatu ingatan memori masa kecil saya yang sangat suka menghabiskan uang orang tua untuk sekedar bermain di sebuah arcade center dengan permainan tombol yang menyenangkan. Itu yang coba diangkat oleh sutradara baru bernama Rich Moore. Wreck-It Ralph pun menjadi sebuah jalinan cerita animasi yang tak hanya mempunyai konsep yang unik tetapi juga dieksekusi dengan baik. Dari segi cerita, Wreck-It Ralph mempunyai skrip yang tertata, bermutu, serta berkualitas. Skrip yang ditulis pun mempunyai kualitas narasi yang sangat baik. Tak hanya sekedar memberikan sebuah cerita keluarga dengan joke yang cukup pas, tetapi film ini juga memberikan sebuah cerita yang touchable diberbagai aspek film ini. Penyampaiannya pun kuat sehingga penonton ikut emosional saat mengikuti alunan ceritanya yang indah. Yah, jangan sangsikan Disney Pixar atau Walt Disney saat menyampaikan sebuah cerita yang emosional bagi penontonnya. Karena memang mereka sangat jago dalam hal itu. Hampir semua filmnya memberikan sesuatu cerita yang sentimentil sehingga cerita mereka tak kalah mengharukan dengan sebuah cerita film live-action yang mempunyai cerita drama yang kuat. Joke-joke yang diselikan di film ini pun tergolong pas. Tak terlalu banyak yang mungkin penyakitnya akan membuat joke-joke itu terkesan kering. Joke yang dimiliki film ini memang crunchy sehingga membuat kita yang menonton film ini bisa tertawa. Ritme cerita yang begitu tertata dengan kepadatan cerita yang enak untuk diikuti dan jauh dari kesan boring. Memberikan sebuah twist yang tak terduga karena kepadatan ceritanya yang membuat film ini tak tertebak ditengah-tengah. Berbagai penceritaan yang tentunya akan membuat kita terus bertanya kenapa dan kenapa akan segera dijawab dengan baik oleh Rich Moore di bagian penyelesaian film ini dengan sangat surprising. 
Animasi yang diberikan di film ini juga eye-popping. Warna-warna yang mencolok tetapi indah memanjakan mata para penontonnya sehingga membuat para penonton betah melihat film ini.  Semenjak film Tangled, rupanya Walt Disney sangat suka membuat film bergambar 3D. Tetapi, kualitas animasinya pun tak kalah bagus dengan film-film keluaran disney pixar. Sebuah dunia game yang digambarkan di film ini juga sangat menarik. Mengingatkan kita tentang sebuah game 8-bit seperti Fix-It Felix Jr. Hingga sebuah game dengan High-Definition layaknya Hero's Duty. Lalu, dunia game milik Sugar Rush yang menggambarkan sebuah dunia permen yang indah dan terasa manis saat melihatnya. Dan reflek saya juga seperti merasakan manisnya permen-permen di dunia itu yang menggugah selera dengan sebuah gambar yang disajikan nyata di sebuah motion-picture. Di film ini pun, kita bisa melihat berbagai macam karakter dari berbagai macam game seperti Street Fighter, Plants Vs. Zombies (Correct me if im wrong) serta game legendaris Pac-Man dan jangan lupakan Sonic juga ada di film ini. Sayangnya semua yang sudah tersusun dengan baik dari awal hingga akhir diselesaikan dengan sebuah penyelesaian yang cukup cliche dan sangat mudah ditebak. Yah, namanya juga film animasi dengan bidikan pasar anak-anak, pastinya sebuah jalinan kisah akhir yang happy ending serta magical diusung di film ini. Tetapi, itu semua termaafkan dengan semua pakem ceritanya yang memang tersusun baik. Alhasil Wreck-It Ralph tak hanya memberikan sebuah suguhan animasi yang cantik di segi visualnya serta cerita yang main-main. Tetapi juga dengan epic memberikan suguhan cerita yang sungguh mempesona, touching, absolutely entertaining, and lovable. Dan pastinya film animasi satu ini tak hanya dicintai oleh anak-anak saja melainkan juga orang dewasa yang sungguh ingin bernostalgia dengan permainan arcade mereka di masa lalu.
Overall, Wreck-It Ralph adalah sebuah film animasi milik disney yang memang mempunyai kualitas yang diatas rata-rata. Tak hanya menyajikan sebuah film animasi senang-senang. Tetapi juga menyajikan sebuah cerita yang menyentuh dan membuat saya terenyuh. This is best animation movie. Academy Awards 2012 you should make this movie get the oscar. 

Minggu, 17 Februari 2013

REVIEW - A Good Day To Die Hard

Franchise film tahun 1980-an Die Hard yang sudah mempunyai 4 installment akhirnya berlanjut lagi di installmentnya yang kelima dengan judul ... thumbnail 1 summary
Franchise film tahun 1980-an Die Hard yang sudah mempunyai 4 installment akhirnya berlanjut lagi di installmentnya yang kelima dengan judul A Good Day To Die Hard. Disutradarai oleh John Moore dengan selisih waktu kurang lebih 6 Tahun dari film keempatnya Live Free or Die Hard dan dengan budget yang besar. Apakah film ini bisa melampaui kualitas film keempatnya?

Menceritakan tentang Jack McClane (Jai McCourtney) yang tertangkap polisi saat itu. Dia juga menjadi anggota CIA yang mencoba menyelamatkan seseorang bernama Yuri yang berada di dalam penjara karena dijebloskan oleh rekannya bernama Victor. John McClane (Bruce Willis) ayah Jack, yang khawatir dengan keadaan Jack diberi sebuah tiket menuju Rusia oleh putrinya untuk mengecek keadaan Jack. Tetapi, John malah ikut dalam masalah Jack dan turun tangan. Mereka pun mencoba menyelamatkan Yuri yang ditekan oleh anak buah Viktor yang terus meminta berkas milik Yuri.
http://www.joblo.com/newsimages1/diehardcb11.jpg 
A Good Day To Die Hard become A Good Day To not watch Die Hard. 
Kenapa statement itu? yah, film ini benar-benar mengecewakan. Dengan mematok sebuah ekpektasi yang cukup tinggi terlebih installment sebelumnya Live Free or Die Hard memberikan sebuah sajian aksi yang lengkap dengan ceritanya. Di film kelimanya ini, benar-benar gak ada gregetnya sama sekali. Film ini dibuka dengan beberapa sneak peek yang akan menjadi patokan selanjutnya di scene-scene yang akan datang. Tetapi, opening scene film ini saja sudah membuat ekspektasi saya langsung hancur lebur. Sebuah penceritaan sneak peek yang kurang bagus. Maksud ingin membuat penonton akan dengan mudah penasaran dengan apa yang akan terjadi di film ini. Alhasil, Saya malah memicingkan mata saat menyaksikan scene pembuka film ini. Dengan penceritaan scene pembuka yang berantakan, film ini pun terus diganjar dengan penceritaan yang semakin buruk. Setelah melihat nama sang Sutradara, ah si John Moore. Dia pun sebelumnya tak seberapa kompeten dalam menangani sebuah film. Lihat saja hasil filmnya yang terakhir ini Max Payne yang kualitasnya juga dibawah rata-rata. Cerita di film ini memang tak tertata sama sekali. Semua penceritaan itu serasa di skip satu persatu sehingga membuat film ini terkesan dipercepat. Lalu, beberapa adegan yang bisa di skip hanya menjadi sebuah penyesak durasi saja. Penceritaan yang kurang tergali dengan baik. Motif penjahat yang diceritakan sangat minimalis. Penggalian latar belakang villain serta karakter utama film ini yang sama sekali tak tergali sepertinya juga memperparah kualitas naskah film ini. Tak hanya berhenti di situ, sebuah penceritaan konflik yang tak seberapa fokus juga menjadi kelemahan film ini. Ditambah lagi dengan plot cerita yang serasa loncat kesana kemari yang membuat film ini tak enak untuk diikuti. Memang, konflik cerita film ini sangat minimalis. Tetapi, Skip Woods selaku penulis naskah tak tahu betul mengeksekusi sebuah cerita sederhana menjadi sebuah jalinan cerita yang berkualitas. Beberapa scoring film yang didengarkan di film ini pun kadang terasa overused. Karena hanya menambah sebuah kebisingan yang memang benar-benar menganggu telinga karena mendampingi sebuah adegan kejar-kejaran, ledak-ledakan, serta tembak-tembakan yang tiada henti di film ini. Budget besar itu memang dipergunakan oleh John Moore untuk menyajikan sebuah sajian aksi yang gila-gilaan di film ini. Tetapi, buat apa semua sajian itu jika didampingi dengan kualitas skrip yang minimalis sekali? sama saja dengan membohongi penontonnya.
http://www.filmofilia.com/wp-content/uploads/2013/01/A-GOOD-DAY-TO-DIE-HARD-Image-021.jpg 
Adegan aksi itu terlalu panjang, sehingga saya merasa bosan dengan adegan aksi yang terus ditawarkan kepada penonton tanpa ada iringan cerita yang memadai. John Moore terlalu berkonsentrasi terhadap sajian aksi yang memang lebih banyak. Sehingga naskah yang buat pun menjadi keteteran. Tak hanya itu saja, sebuah komposisi on screen yang terasa film ini dibuat oleh seorang yang kurang kompeten. Karakter-karakter di film ini rasanya di sajikan dalam sebuah frame yang terbatasi. Dengan screen aspect ratio 1:89:1, ada beberapa scene yang menyandarkan semua karakternya dalam aspect ratio screen yang begitu kecil dan hasilnya screen terlihat begitu sesak serta pandangan penonton yang mungkin terbatasi. Dan film ini ternyata di rilis versi Imax 2D nya? Really? Dengan aspect ratio seperti itu? saya sedikit sangsi. Lalu, beberapa tatanan sinematografi yang rasanya dibuat oleh seorang yang sekali lagi kurang kompeten di bidang ini. Beberapa scene sepertinya masih kurang enak dipandang dan terlihat editing yang sedikit kasar dalam pemotongan scene-nya. Lalu, apa yang membuat film ini menarik? Hanya satu dan sekali lagi faktor aktor di film ini yang mempunyai nama yang besar. Siapa yang tak kenal aktor legendaris Bruce Willis? semua pasti tahu. Bruce Willis pun akan tampil di film The Expendables 3 dan ini terasa seperti spin-off. Meski begitu, rasanya Bruce Willis di film ini pun memberikan performa yang setengah-setengah menurut saya. Mungkin hanya sebagai media senang-senang serta nostalgia saja bagi Bruce Willis. Jai McCourtney sebagai Jack McClane pun sepertinya tak ada tautan chemistry Father and Son dengan Bruce Willis. Mereka seperti terlihat canggung dalam menunjukkan chemistry itu. Lalu ada beberapa yang membuat saya semakin skeptis saat menonton film ini. Sajian joke yang di ulang-ulang. Sebuah kalimat yang mungkin jika sekali dua kali akan memecahkan sebuah tawa. "I'm on F***in Holiday" kalimat itu yang terus saja dikatakan oleh John McClane berkali-kali sehingga saya bosan dan kalimat itu terasa menjijikkam. Ending film ini yang juga melempem juga semakin memperburuk keadaan film ini. and last sentence, When you aren't enjoy this movie just shout it loud "Yippie Ki-Yay" 
Overall, A Good Day To Die Hard adalah sebuah film aksi yang tak mementingkan segi cerita. Layar sangat disesaki oleh scene-scene explosive content yang membosankan. Serta penggunaan screen aspect ratio yang sangat terbatas. Sepertinya film ini masuk dalam list Worst Movie 2013 versi saya. 

REVIEW - Mama

Guilermo Del Toro mencoba menggawangi atau memproduseri lagi sebuah karya horor berjudul Mama yang disutradarai oleh Andres Muschietti. Sete... thumbnail 1 summary
Guilermo Del Toro mencoba menggawangi atau memproduseri lagi sebuah karya horor berjudul Mama yang disutradarai oleh Andres Muschietti. Setelah film The Orphanage yang digawangi juga oleh Guilermo Del Toro dan berhasil menyajikan sebuah film horror yang kuat dan berkelas. Bagaimana dengan film Mama? Apakah bisa menyerupai film The Orphanage?

Menceritakan tentang seorang anak kecil bernama Victoria (Megan Charpentier) dan Lily (Isabelle Nellise) yang diajak Ayahnya pergi dari sebuah masalah. Pada suatu ketika, mobil sang ayah terperosok dalam sebuah jurang. Mereka menemukan sebuah pondok. Disana, Ayah mereka mencoba untuk membunuh anaknya. Tetapi, sesosok makhluk dari dunia lain muncul. Setelah beberapa bulan disana, mereka ditemukan oleh seseorang dan diasuh oleh Paman Ayahnya, Lucas (Nikolaj Coster-Waldau) dan pacarnya Annabel (Jessica Chastain). Ternyata selama mereka berada di rumah Paman dan pacarnya, sesosok makhluk yang dipanggil oleh mereka "Mama" ikut dan mencoba mencelakai Lucas dan Annabel.
http://images6.alphacoders.com/316/316242.jpg 
Mama adalah sebuah karya film pendek milik sang sutradara yang dicoba untuk dijadikan film dengan versi 2 Jam. Dengan naungan Guilermo Del Toro serta disutradarai langsung oleh pembuat film pendeknya alhasil film ini berada di tangan-tangan yang tepat. Siapa yang tak kenal sutradara asal mexico yang berhasil menyajikan sebuah film epic berjudul Pan's Labyrinth dan juga memproduseri sebuah film horror ternama The Orphanage. Jangan lupakan peranan Guilermo Del Toro dalam film Rise Of The Guardians serta film fantasi The Hobbit yang juga sangat mesmerizing itu. Guilermo Del Toro pun tahu benar cara membuat film ini, dia mendapuk langsung pemilik film pendek berjudul "Mama" ini ke sebuah sajian layar lebar. Alhasil para penggemar film horror klasik dengan gampang akan jatuh cinta dengan film ini. Saya pun yang sudah lama ingin menyaksikan sebuah film horror klasik yang menguras banyak adrenaline dalam menontonnya. Setelah cukup kecewa dengan The Possession, kini saya merasa puas dengan film Mama ini. Jalinan cerita yang diangkat di film ini benar-benar tertata dengan baik. Meskipun sebuah sajian film horror nya masih mempunyai ramuan cerita yang formulaic meski begitu Muschietti tahu benar membuat sajian seperti itu menjadi sebuah sajian yang menyenangkan. Terkadang sebuah film horror klasik memang tidak memperhatikan jalinan ceritanya. Terakhir kali saya menyaksikan film horror klasik dengan sajian cerita yang bagus adalah Insidious (The Cabin In The Woods tidak termasuk karena dia tergolong film thriller). Begitu pula dengan Mama, Skrip yang disusun dengan bagus dengan efek ghost-on-screen yang juga tersaji dengan porsi yang pas dan tak terkesan Hantunya kelewat narsis (seperti film Indonesia) membuat film ini menyeramkan. Sekali penampakan sesosok makhluk halus di layar, penonton akan dengan senang berteriak ketakutan. Karena Maschietti sangat smart saat menampilkan sesosok makhluk halus tanpa terkesan murahan. Tetapi, Mama jika dibandingkan dengan The Orphanage masih sedikit dibawah The Orphanage. 
http://cdn.theatlanticwire.com/img/upload/2013/01/18/mama07/large.jpg 
Dalam segi penceritaan, mungkin The Orphanage masih lebih jago. Mama masih terkesan malu-malu dengan apa yang disajikan di filmnya. Beberapa penggalian karakter film ini yang kurang digali dengan baik hasilnya beberapa adegan masih sedikit tersebar beberapa Plot Hole yang tak seberapa meninggalkan bekas yang cukup dalam karena presentasi film yang keren. Lalu, Mama tak hanya memberikan sebuah cerita tentang misteri saja. Melainkan juga sebuah cerita dari sisi lain tentang keberadaan seorang Ibu yang memang No matter what they are, their still protect us. Lalu, efek tone warna film yang disesuaikan dengan tema film dan poster ini yang dark. Hasilnya, tone warna film ini mendukung sekali dengan tema horror yang disajikan serta menambah sedikit efek yang lebih dark dan creepy. Lalu, adegan flashback yang digambarkan dengan indah tentang latar belakang sesosok "Mama" dan juga adegan Mimpi di dalam mimpi yang smart sekali. Tak hanya itu, penampilan dari beberapa cast di film ini yang sangat menunjang benar film ini. Siapa yang tak tahu Jessica Chastain? Pemegang nominasi best actrees ajang bergengsi Academy Awards tahun ini lewat film Zero Dark Thirty, serta perannya di film The Help dan juga The Tree Of Life. Jessica memang mampu menyelesaikan tugasnya dalam berakting dengan bagus. Dia sepertinya mampu memerankan berbagai karakter di filmnya. Karena setiap film, dia memerankan karakter yang berbeda-beda. Dan di film Mama pun dia tetap tampil semaksimal mungkin. Kekuatan aktingnya pun mampu memberikan nilai plus dalam film ini. Jangan lupakan duet dari Megan Charpentier dan Isabelle Nellise yang berperan sebagai Victoria dan Lily yang juga mengesankan. Mereka memberikan penampilan karakter yang misterius serta segala bentuk ketakutan dan bentuk sayangnya kepada Mama. Film horror dengan pemeran utama seorang anak kecil memang memberikan sebuah kengerian tersendiri. Contoh paling best of them all is The Sixth Sense. 
Overall, Mama adalah sebuah film horror yang tak hanya memberikan sebuah sajian kaget-kagetan. Tetapi juga memberikan jalinan cerita yang cukup bagus, tertata, dan touchable. Ini adalah sebuah Horrorgasm yang sangat mengasyikkan. 

Kamis, 07 Februari 2013

2013's Waiting List Movies

Kiamat di tahun 2012 tak terjadi. Berarti, film-film yang sudah disiapkan sineas hollywood di tahun 2013 pasti akan rilis. Banyak sekali fil... thumbnail 1 summary
Kiamat di tahun 2012 tak terjadi. Berarti, film-film yang sudah disiapkan sineas hollywood di tahun 2013 pasti akan rilis. Banyak sekali film-film bermunculan di tahun ini. Mulai dari sekuel, prekuel, original, hingga animasi sudah bakal di rilis di tahun ini. Dan di pos kali ini saya akan memberikan sebuah clue untuk panduan para pembaca blog. Film apa saja yang patut dinantikan di tahun 2013 menurut saya? Mau tau? Here's the list...

11. The Mortal Instrument : City Of Bones
Konsep yang diusung film ini cukup menarik. Saya cukup menyukai film dengan genre fantasy adventure seperti film satu ini. City Of Bones sendiri diangkat dari sebuah novel fantasi berjudul sama. Dan bukunya sendiri banyak menunjukkan respon positif. semoga begitu juga dengan filmnya. Meskipun saya sudah skeptis terhadap PH yang menaungi film ini.
Pemain                  :     Lily Collins, Lena Headey, Jared Harris, Jamie Campbell-Bower
Sutradara              :     Harald Zwart
Tanggal Tayang     :     23 Agustus 2013
Distributor            :     Sony Screen Gems

10. Oblivion
Yah, saya adalah penggemar film sci-fi jadi tak ada salahnya saya menunggu film ini. Saya sudah penasaran dengan cerita film ini. Dan juga penampilan dari seorang Tom Cruise yang sudah memikat saya. Tak salah lagi jika saya menanti-nantikan film ini.
Pemain     :     Tom Cruise, Andrea Riseborough, Olga Kurylenko, Morgan Freeman
Sutradara     :     Joseph Kosinski
Tanggal Tayang     :     19 April 2013
Distributor     :     Universal Pictures

9. Fast & Furious 6 (Fast Six)
 Film kelimanya yang sukses memberikan sebuah cerita yang tertata. Meskipun keluar dari pakem Fast & Furious di awal. Film ini berubah menjadi sajian film aksi dari biasanya karena dulu banyak sekali adegan balapan di film ini. Dan juga penampilan dari Joe Taslim aktor dari Indonesia yang membuat saya semakin menantikan film ini.
 
Pemain     :     Vin Diesel, Dwayne Johnson, Jordana Brewster,Paul Walker, Joe Taslim
Sutradara     :     Justin Lin
Tanggal Tayang     :    24 Mei 2013 
Distributor     :     Universal Pictures

8. Despicable Me 2
Tanpa disangka installment pertama film ini sukses memberikan sebuah sajian film animasi yang enak untuk dilahap. Selain untung finansial, film ini juga mendapatkan banyak pujian dari kritikus film. Maka tak salah jika saya menantikan installment kedua dari film ini karena si Minions.
Pemain     :     Miranda Cosgrove, Al Pacino, Steve Carell, Kristen Wiig, Russell Brand
Sutradara     :     Pierre Coffin, Chris Renaud
Tanggal Tayang     :     03 Juli 2013
Distributor     :     Universal Pictures


7. The Wolverine
Saya tidak seberapa menyukai X-Men. Tetapi, setelah melihat beberapa konsep dari film ini. Sepertinya The Wolverine bakal memberikan sebuah jalinan cerita yang akan terjalin epic. Pesona Hugh Jackman yang sudah kental sebagai wolverine juga sebagai penambah pesona dari film ini.

Pemain     :     Hugh Jackman, Will Yun Lee, Hiroyuki Sanada, Hal Yamanouchi, Tao Okamoto,
Sutradara     :     James Mangold
Tanggal Tayang     :     24 Juli 2013
Distributor     :     20th Century Fox

06. Oz: The Great And Powerful
sebuah prekuel dari film legendaris The Wizard Of Oz. Dari trailernya saja, saya sudah menaruh ekpektasi tinggi di film ini. Visual effects yang menggambarkan dunia Oz yang indah dan penuh magis membuat saya berdecak kagum. Film bergenre ini adalah favorit saya.
Pemain     :     James Franco, Mila Kunis, Michelle Williams, Rachel Weisz, Joey King
Sutradara     :     Sam Raimi
Tanggal Tayang     :     08 Maret 2013
Distributor     :     Walt Disney Pictures

05 The Hunger Games : Catching Fire
Saya adalah penggemar novel trilogi The Hunger Games. Film pertamanya yang juga sukses finansial serta kualitas juga membuat saya semakin menunggu film keduanya. Meski saya sudah takut duluan karena sutradara yang berbeda dengan film pendahulunya. Tetapi, tak ada salahnya dicoba,

Pemain :  Jennifer Lawrence, Josh Hutcherson, Liam Hemsworth, Philip Seymour Hoffman, 
Sutradara     :     Francis Lawrence
Tanggal Tayang     :     22 November 2013

Distributor     :     Liongsate Films

04. The Evil Dead
Evil Dead ini adalah remake dari film berjudul sama ditahun 1981. Film pendahulunya sukses memberikan sebuah jalinan cerita horor yang top dengan balutan gore yang keren pada jaman itu. Untuk remake-nya kali ini, saya sudah jatuh cinta sekali dengan trailer yang diberikan di film ini. Adegan demi adegan yang mengingatkan kita pada film tahun 81 nya benar-benar di sajikan dengan new vision yang lebih berdarah. Uniknya, Sam Raimi serta aktor Evil Dead 1981, menjadi seorang produser.
Pemain     :     Jane Levy, Shiloh Fernandez, Jessica Lucas, Lou Taylor Pucci, Elizabeth Blackmore
Sutradara     :     Federico Alvarez
Tanggal Tayang     :     12 April 2013
Distributor     :     Sony Pictures


03. Star Trek : Into Darkness
 Setelah film sebelumnya yang digarap dengan baik oleh J.J Abrams. Maka film kedua ini patut saya nantikan. Sebuah perjalanan ruang angkasa yang memorable sanggup diberikan oleh film pertamanya. Maka saya berharap lebih dengan seri keduanya. Dan saya sudah jatuh cinta dengan poster film ini.
Pemain     :     Chris Pine, Zachary Quinto, Karl Urban, Zoe Saldana, Anton Yelchin, Simon Pegg
Sutradara     :     J.J. Abrams
Tanggal Tayang     :     17 Mei 2013
Distributor     :     Paramount Pictures

02. Iron Man 3
Saya sangat mencintai Superhero milik Marvel. Apalagi banyak jebolan cerita superhero dari marvel yang memberikan suguhan cerita, aksi, fantasi, serta petualangan yang pas. Meski Iron Man 2 mempunyai sebuah ending yang melempem. Akan tetapi saya tetap menikmati yang disajikan Jon Favreau di film keduanya. Trailer Iron Man 3 yang terkesan melihatkan betapa terpuruknya Iron Man membuat saya semakin penasaran.
Pemain     :     Robert Downey Jr., Gwyneth Paltrow, Don Cheadle, Jon Favreau, Ben Kingsley, Guy Pearce, James Badge Dale, Ashley Hamilton
Sutradara     :     Shane Black
Tanggal Tayang     :     03 Mei 2013
Distributor     :     Walt Disney Pictures

1. Man Of Steel 
Ini dia film yang paling saya nantikan di tahun 2013 ini. Kenapa? ada dua faktor. Satu, Superman dibuat lebih humanis dan dark. Cerita clark kent dimulai dari awal mula lagi. Faktor kedua adalah Ini adalah film kombinasi dari dua sutradara favorit saya. Jack Snyder serta Christoper Nolan. Kita tahu persis bagaimana Christoper Nolan kompeten dalam menyajikan Trilogi Batman dengan cerita yang luar biasa tertata serta film-film darinya yang memberikan cerita yang Top meski di film ini ia duduk di kursi sutradara. Dibalut dengan Jack Snyder yang mampu memberikan tatanan visual effects yang bagus. Terlebih Man Of Steel ini lebih menceritakan kekelaman Superman. Unsur Dark di film-film Jack Snyder sebelumnya saya rasa pas digunakan di film ini.
Pemain     :     Henry Cavill, Amy Adams, Russell Crowe, Kevin Costner, Diane Lane
Sutradara     :     Zack Snyder
Tanggal Tayang     :     14 Juni 2013
Distributor     :     Warner Bros. Pictures

Minggu, 03 Februari 2013

REVIEW - Hansel & Gretel : Witch Hunters

Sudah banyak terjadi di Hollywood. Pengubahan secara seenaknya saja terhadap beberapa dongeng anak-anak layaknya Snow White And The Huntsman... thumbnail 1 summary
Sudah banyak terjadi di Hollywood. Pengubahan secara seenaknya saja terhadap beberapa dongeng anak-anak layaknya Snow White And The Huntsman sampai sebuah sejarah Amerika terkenal layaknya Abraham Lincoln : Vampire Hunter. Sekarang giliran dongeng anak lainnya yaitu Hansel & Gretel. Bagaimana dengan hasilnya? Apakah lebih berkualitas daripada biasanya? 
Tetap dengan basic Hansel & Gretel versi dongeng anak-anak. Tetapi bedanya, diceritakan beberapa tahun setelah kejadian itu, Hansel & Gretel (Jeremy Renner & Gemma Arterton) sudah beranjak dewasa. Mereka berubah menjadi sosok pemburu Penyihir. Suatu ketika Penyihir bernama Muriel (Famke Janssen) ingin sekali membuat dirinya bisa kebal dari api. Karena api sangat mematikan bagi Penyihir. Muriel pun mengumpulkan anak kecil dengan bulan lahir yang berurutan hingga 12 Bulan. Semua itu akan dikumpulkan dan dikorbankan pada saat Tradisi Moon-Blood datang. Hansel & Gretel pun mencoba untuk menghalangi niat jahat yang akan dilakukan Muriel dan membunuhnya. Didalam perjalanannya, banyak sekali halangan. Dan juga terkuaknya cerita lama dari orang tua Hansel & Gretel.
http://smhttp.14409.nexcesscdn.net/806D5E/wordpress-L/images/hansel-and-gretel-witch-hunters-04.jpg 
Hollywood memang benar-benar bisa memanfaatkan apapun menjadi ladang uang. Kisah dongeng anak-anak yang sudah melegenda pun dengan seenaknya diubah menjadi sebuah sajian film yang lebih dark dan dewasa serta menajdi mesin penghasil uang yang manjur. Setelah Red Riding Hood, Snow White and The Huntsman yang tidak memberikan sebuah kualitas naskah film yang mumpuni. Apakah Hansel & Gretel : Witch Hunters ini mengalami penaikan kualitas? Dengan gampang saya bilang Tidak. Sudah benar prediksi saya bahwa film ini akan menjadi sebuah film aksi tanpa memperhatikan sebuah jalinan cerita yang mumpuni. Bahkan naskah Snow White And The Huntsman masih lebih bagus ketimbang film ini. Hansel & Gretel : Witch Hunters mempunyai jalinan naskah yang cheesy serta plot cerita yang setipis kertas. Dengan balutan scene yang cliche dan tidak dieksekusi dengan baik. Awal film yang menceritakan masa kanak-kanak Hansel & Gretel dimana memang menceritakan kisah asli dari Hansel & Gretel sendiri. Lalu dengan setting "Beberapa Tahun Kemudian" maka "Beberapa Durasi Kemudian" film ini mulai muncul kacau balaunya. Beberapa plot cerita yang ditulis di film ini mungkin kurang dikembangkan dengan baik. Seharusnya sang Sutradara sekaligus penulis cerita Tommy Wirkola seharusnya bisa membuat film ini dijalin dengan lebih epic lagi. Penceritaan yang seperti kertas lusuh dan terkesan dipercepat oleh film ini serta beberapa scene yang mempunyai penceritaan yang kurang tergali menjadi sebuah lubang besar di film ini. Film ini seperti mengingatkan saya dengan film Underworld : Awakening yang saya saksikan setahun lalu meski menurut saya film ini sedikit diatas Underworld. Durasi yang juga termasuk sangat singkat sekali mungkin menjadi kendala kenapa alur film ini kurang berkembang. Berbeda dengan SWATH yang mungkin mempunyai cerita yang lebih tertata ketimbang film ini meskipun SWATH tetap saja mengecewakan (Terutama akting Kristen Stewart yang kurang berkembang serta ending yang melempem). Hansel & Gretel : Witch Hunters agaknya kurang tahu benar menyajikan sebuah jalinan dengan konsep yang seharusnya bisa menarik tetapi kualitas narasi yang sangat perlu untuk diperhatikan lebih lagi. Sehingga film ini sebenarnya hanya pure action package with FUN element inside it. Tetapi sayangnya sulit bagi saya untuk tidak jatuh cinta dengan cerita Fantasi milik hollywood. SWATH yang mampu membuat saya setidaknya menikmati filmnya. Begitu pula yang dilakukan oleh Hansel & Gretel : Witch Hunters.
http://www.flicksandbits.com/wp-content/uploads/2013/01/Gemma-Arterton-Jeremy-Renner-Hansel-and-Gretel-Witch-Hunters.jpg 
Faktor apa yang membuat saya tertarik dengan film kosong ini? Pertama jelas adalah konsep cerita perombakan dongengnya. Saya sangat menggemari genre Adventure-Fantasy. Unsur adventure dengan beberapa setting yang memperkuat sisi fantasinya juga membuat saya betah dikursi. Meski terkadang masih saja saya menguap karena penceritaan yang tiba-tiba melambat. Sebuah adegan aksi penuh darah yang disajikan dengan adegan aksi yang menawan dan lebih modern yang membuat saya terpaku. Mungkin adegan aksi di film ini terkesan sangat sadis. Adegan darah bermuncratan sangat banyak ditampilkan di film ini. Scene dimana organ-organ manusia terlempar kemana-mana dengan dibalut darah merah menyala yang menjijikkan. Unsur Gore yang kental sekali. Kedua yaitu faktor Aktor-Aktrisnya. Terutama aktrisnya si Gemma Arterton. Pandangan saya tak bisa luput dengan paras cantik Gemma Arterton. Dia magnet tersendiri di film ini. Jika disejajarkan beberapa karakter Iconic seperti Alice (Milla Jovovich - Resident Evil) Serta Selene (Kate Beckinsale - Underworld) mungkin Gemma Arterton sudah sejajar. Gemma Arterton berhasil memerankan seorang Gretel yang bad-ass, sexy serta berdarah dingin. Dipadu padankan dengan Jeremy Renner sebagai Hansel yang juga sangat iconic kepadanya. Renner memang tak pernah diragukan dalam memerankan sesosok karakter yang bergulat dengan aksi. Dengan cerita narasi yang ala kadarnya dan memang tidak berkualitas sama sekali faktor itulah yang membuat saya setidaknya terpikat dengan film ini. Sayang sekali saya tidak menyaksikan film ini dalam format 3D. Tetapi jika ditilik dari versi 2D-nya, mungkin film ini akan sangat gelap jika dilihat dalam format 3D karena setting film yang memang lebih dominan malam. Lalu, CGI yang juga biasa saja dan terkadang terlihat muraha karena ingin memberikan Gimmick Pop Out 3D yang lebih. Mungkin setelah ini akan ada beberapa dongeng anak yang dijadikan lebih dark. Mungkin setelah ini Cinderella akan diobrak-abrik ceritanya dengan lebih dark dan dewasa. Dan apabila itu terjadi, ayolah para sineas Hollywood berilah sebuah jalinan cerita yang mengobrak-abrik dongeng dengan baik. Karena sampai saat ini belum ada yang bisa memberikan performa yang baik. Yang mengejutkan saat menyaksikan film ini adalah Full Frontal Nudity yang ditampilkan di bioskop. Sepertinya, LSF sekarang lebih longgar dalam menyensor film ini. Padahal film ini yang menonton tak hanya orang dewasa. Anak-anakpun ada yang menonton film ini.
Overall, Hansel & Gretel : Witch Hunters adalah sebuah sajian film aksi petualangan yang benar-benar tidak memperdulikan narasi serta plot yang kurang berkembang. Tetapi, entah kenapa saya masih bisa terpikat dengan pesona film ini.
PS : Sebenarnya saya ingin sekali memberikan rating 2.5 from 5 tetapi Gemma Arterton you stole my heart.
ads