Rabu, 04 September 2013

REVIEW - CINTA / MATI

Film Indonesia tahun ini sedang dalam proses perbaikan menurut saya. Toh, kita sudah sangat jarang menemukan film-film horor kacrut yang tid... thumbnail 1 summary
Film Indonesia tahun ini sedang dalam proses perbaikan menurut saya. Toh, kita sudah sangat jarang menemukan film-film horor kacrut yang tidak tahu mau dibawa kemana film tersebut. Meski begitu, film-film drama dengan kualitas yang dibawah rata-rata pun masih tetap ada di perfilman Indonesia tahun ini. Maka dari itu, penonton masih saja tidak bisa percaya dengan kualitas film Indonesia. Lalu, Ody C. Harahap pun muncul dengan film terbarunya berjudul Cinta/Mati.
 

Acid (Astrid Tiar) memergoki tunangannya yang akan menjadi calon suaminya selingkuh dengan sahabat Acid sendiri. Tapi, kejadian itu terjadi ketika sehari sebelum pernikahan Acid dan Pacarnya. Acid pun mengalami kesedihan yang sangat mendalam. Hingga akhirnya, dia pun akan bunuh diri. Dia pun memilih untuk meloncat dari jembatan. Tapi sayang, rencana bunuh diri itu tidak berhasil.

Maka tidak sengaja, dia bertemu dengan Jaya (Vino G. Bastian). Jaya yang menolong Acid yang sedang gagal dalam rencana bunuh dirinya. Akhirnya, Acid pun meminta Jaya untuk membantu memikirkan rencana agar Acid berhasil Bunuh Diri. 

Surprisingly fresh beside its bad poster
Drama cinta dengan kemasan yang berbeda mungkin jarang sekali kita temui di perfilman Indonesia. Mereka menggunakan formula yang sama seputar penyakit dan kematian. Mungkin mereka kira bermain dengan hal setipe kematian akan menimbulkan efek romantis yang cukup kuat. Tapi, itu malah menjadi sebuah formula yang sangat klise. Toh, hasilnya malah jatuh ke sebuah drama cinta menye-menye yang predictable.

Mencari sebuah terobosan baru untuk sebuah film cinta-cintaan mungkin bisa dibilang susah. Konflik-konflik klise tentang cinta rasanya sudah pernah diusung. Tapi, bagaimana sineas Indonesia mengolah formula usang itu menjadi sebuah sajian yang bagus rasanya masih jarang. Maka atas dasar inilah, Ody C. Harahap mencoba untuk meracik bumbu-bumbu cinta dengan konflik usang menjadi sebuah sajian yang berbeda. Cinta/Mati menurutnya akan menjadi sebuah film yang berbeda.

Dan benar, Cinta/Mati adalah sebuah film baru yang fresh meskipun cerita yang diusung masih saja konflik yang itu-itu saja. Meskipun mempunyai design poster yang begitu buruk. Tapi tak masalah, jika sang sutradara mampu meng-interpretasikan sebuah filmnya dengan baik. Memang tidak original. Tapi bagi perfilman Indonesia terutama dalam genre drama romance, rasanya film ini patut di acungi jempol. Konsepnya memang akan mengingatkan kita dengan film milik Ethan Hawke dan Julia Deply yaitu Before Sunrise.


Cinta/Mati adalah sebuah film yang katanya mempunyai budget yang begitu minim. Ody C. Harahap pun ingin menggunakan Budget minim dengan semaksimal mungkin. Dan Cinta/Mati adalah sebuah presentasi yang cukup simpel dari berbagai unsur teknisnya. Setiap shootnya pun terkesan biasa. Tak perlu banyak mengunggulkan dari segi teknisnya. Mereka, lebih bermain dalam setiap percakapan-percakapannya yang cukup berarti di setiap scene-nya.

Tapi, Cinta/Mati lebih mempunyai satu tema yang akhirnya membuat conversation between Acid dan Jaya lebih terbatas. Tak seperti Jesse dan Celine di film Before Sunrise yang bisa mengembangkan percakapan antara mereka berdua lebih bebas dan beragam. Tak perlu terbatas oleh tema dari film ini sendiri. Film ini pun mempunyai tema How to suicide yang nyatanya akan membuat berbagai percakapan yang smart dan akan membuat kita tertawa. Joke-joke-nya mungkin lebih berisi tentang black comedy, satir atau apapun itu. Tapi, masih bermain aman. Belum bermain terlalu jauh.


Tapi terkadang, percakapannya masih tak tentu arah. Di dalam 90 menitnya, rasanya berbagai conversation yang ditulis oleh sang screenwriternya sudah mulai kebingungan. Tak tahu hal apalagi yang akan dibahas selama 90 menit durasi filmnya. Akhirnya, berbagai pengulangan kata-kata serta selipan-selipan kata umpatan pun dimasukkan ke dalam percakapannya. Mereka masih kurang bisa mengembangkan tema tersebut hingga menjadi sebuah conversationyang lebih luas. Ketimbang hanya di isi dengan berbagai pengulangan dan kata-kata kotor di dalamnya.

Hanya saja, percakapan-percakapan yang sudah mulai tak seberapa kuat itu pun tak berdampak terlalu banyak. Cinta/Mati masih mampu bersinergi dengan baik apalagi dengan ensemble castyang mampu menjalin chemistry-nya dengan baik dan mampu memerankan sosok Acid dan Jaya dengan totalitas yang bagus. Vino G. Bastian, sosok aktor ini mampu bermain dengan bagus di setiap film yang dibintanginya. Tak terkecuali sosok Jaya. Mungkin karakter rocker dan slengekan di film ini pernah dia mainkan di film terdahulunya yaitu Punk In Love. Tapi, Vino masih mampu bersinar sebagai Jaya di film ini. 


Tak terkecuali sosok Astrid Tiar. Dia pun mampu menjadi sosok Acid yang depresi tapi tetap dengan karakter yang masih lovable. Wajah mereka berdua di film ini pun masih terlihat muda. Karena menurut kabar, film ini adalah sebuah film yang harusnya rilis pada tahun 2011. Tapi, karena terbelit masalah dana yang kurang, akhirnya film ini pun di rilis pada tahun 2013. Sangat terasa memang di dalam film ini rasa film Indieyang cukup kental.

Vino dan Astrid pun menjadi sebuah center character yang bermain penuh di dalam scene-scene di film ini. Semua kendali film ini ada ditangan mereka berdua. Karena tak ada siapapun yang menganggu mereka di film ini. Layaknya kita menyaksikan sebuah monolog antar dua orang. Karena mungkin karakter-karakter lainnya hanya main sekedar lewat dan mempunyai screening time yang minimalis. Tak seperti mereka berdua. 

The last conflict totally not cool for every good aspect which they built from the beginning.
Cukup disayangkan dan mengagetkan. Sebuah konflik tak wajar akhirnya menganggu semua jalinan cerita di awal yang cukup menjanjikan dan mengasyikkan. Sebuah konflik yang menggelikan dan membuat saya sedikit mengumpat, akhirnya menjadi sebuah encore yang tak begitu manis. Konfliknya seperti melaju bebas tanpa arah. Tak terkontrol hingga akhirnya melenceng dari seharusnya.

Akhirnya, Cinta/Mati cukup meredup di paruh akhir filmnya. I dont know, is that an important issue which makes Ody C. Harahap must brought it up into a movies. Tapi, mungkin issue tersebut cukup berpengaruh dari 1-2 orang yang juga hidup dalam ketakutan tentang on-bed-problem dan sebagainya. Tapi, dengan adanya konflik itu cukup membuat saya hampir saja kehilangan kepercayaan dengan film ini. Saya pun sangat lebih menyukai alasan Jaya to do a suicide in the first part of this movies than this one. Karena konflik ini terlalu menggelikan untuk diangkat. 


Beruntungnya, konflik tersebut tak seberapa digali terlalu dalam. Konflik tentang on-bed-problem itu hanya sebuah intermezzo yang harusnya menjadi unik. Tapi, totally not cool for eveything they built from the beginning from this movie. Hingga akhirnya, sebuah ending yang cukup mengejutkan harus menjadi sebuah ending yang pahit tapi sangat manis untuk film ini sendiri. Shocking. When everything going bright but suddenly....... (Watch it by yourself if you want to know the answer).

Dengan satu soundtrack manis entah dari siapa itu karena saya tidak beberapa memperhatikan credit title atau tulisan-tulisan introducing di awal film. Tak perlu banyak scoring ataupun soundtrack yang menganggu. Minim sekali sound effect, but the chemistry they built is totally powerful than a movie soundtrack. Malah mungkin akan menjadi distracting jika terlalu banyak musik yang menghiasi setiap scene di film ini. 

 

Overall, Cinta/Mati adalah sebuah film drama romance yang mempunyai formula usang tapi di arahkan dan diracik menjadi sebuah formula baru yang fresh. Tapi, cukup disayangkan konflik akhir yang cukup mengganggu membuat saya sedikit memicingkan mata. But with good chemistry who Vino G Bastian and Astrid Tiar built and the shocking ending. Cinta/Mati mampu merebut hati saya saat menontonnya. FRESH !
 

Tidak ada komentar

Posting Komentar

ads