Senin, 31 Desember 2012

2012's 10 Worst Movies

Happy New Year 2012 Reader. Banyak sekali film ditahun 2012. Ada yang benar-benar bagus dan tak sedikit juga beberapa film yang mengecewakan... thumbnail 1 summary
Happy New Year 2012 Reader. Banyak sekali film ditahun 2012. Ada yang benar-benar bagus dan tak sedikit juga beberapa film yang mengecewakan. Khususnya saya. Dan di pos kali ini saya akan menuliskan tentang 10 Film Terburuk di tahun 2012 menurut saya. Apa saja? Apakah termasuk list anda juga? Okay, Check This out.




Sebelum masuk ke 10 besar, saya kasih Honorable Mentions dulu yah. Jadi Honorable Mentions itu juga sebenarnya bisa dikategorikan film buruk tetapi tak masuk 10 besar.

Honorable Mentions
Abraham Lincoln : Vampire Hunter
Kisah sejarah yang diplesetkan tentang Presiden negara Amerika Serikat ini juga dikategorikan film buruk tahun ini. Tetapi, Setidaknya ada sedikit dari film ini yang bisa dinikmati. Meskipun begitu dia masuk dalam kategori film buruk tahun ini.

Dark Shadows
Film Bertema gothic lainnya dari Tim Burton ini juga memiliki cerita yang berantakan dan pace yang lambat di awal film. Saya benar-benar kurang bisa menikmati film arahan Burton ini. Tetapi, Akting Johnny Depp yang slengekan dan tema gothic yang kental jadi point plus sendiri di film ini.


Journey 2 : The Mysterious Island
Cerita yang klise, menggunakan formula yang sama seperti film pertamanya dan penceritaan yang kekanak-kanakan semakin memperburuk keadaan film ini. Selain itu, Vanessa Hudgens juga belum bisa mengembangkan aktingnya. Tetapi, Visual dunia didalam bumi yang penuh warna dan indah ini menjadi point plus dan menyelamatkan film ini dari 10 besar film terburuk 2012.

Here we come.... The TOP 10
10. Total Recall
Film Sci-Fi yang saya gadang-gadang bakal masuk list favorit saya. Ternyata perkiraan saya salah. Latar belakang cerita di film ini kurang digali. Penceritaan film yang terlalu cepat diawal lalu tiba-tiba melambat di pertengahan menuju akhir semakin memperburuk film ini. Seandainya sang sutradara mengelola film ini dengan baik.

09. Battleship 
Film Sci-Fi fiction lainnya yang mengecewakan saya. Battleship benar-benar kurang bisa memberikan cerita yang bagus. Dengan durasi yang termasuk lama sehingga film ini terkesan menambah-nambahi durasi yang seharusnya bisa dipersingkat. Guyonan yang diulang-ulangi membuat guyonan di film ini sudah tidak fresh lagi. Dan film ini hanya memperdulikan CGI saja. Another Michael Bay's-Look-Like movie.

08. Underworld : Awakening
Seri keempat dari seri Underworld terkesan dibuat dengan asal-asalan. Yah, dengan durasi hanya sekitar 70 menit. Film ini sangat berjalan dengan cepat. Saya yang belum pernah mengikuti film ini sama sekali juga tidak diberi informasi dengan jelas tentang seri-seri sebelumnya. Dengan CGI yang tidak bagus untuk menghasilkan Gimmick 3D yang kasar. juga memperburuk film ini.

 07. Wrath Of The Titans
Ayolah seri pertama film ini juga be.um bisa memberikan alur cerita yang bagus. Wrath Of The Titans ini adalah sebuah sekuel yang tidak perlu ada menurut saya. Dengan cerita yang makin buruk dan durasi yang sedikit lebih singkat ketimbang film pertamanya. Ini adalah sekuel mesin pengeruk uang sineas hollywood saja.


06. Resident Evil : Retribution
Ternyata trailer yang ciamik belum tentu filmnya juga bagus. Yah, seri kelima dari resident evil ini juga tak memberikan alternatif cerita dari seri Resident Evil yang tiap seri memberikan kualitas yang semakin buruk. Evil Goes Global yang ditawarkan di film ini juga hanya tipu daya Production House untuk menarik penontonnya.

05. The Man With The Iron Fists
Inilah proyek untuk memenuhi Ego sang sutradara, sekaligus penulis naskah dan sekaligus pemeran utama film ini. Darah bermuncratan dimana-mana dengan CGI ala kadarnya. Cerita yang sangat berantakan. RZA belum berkompeten untuk membuat film.

 04. Stolen
Nicolas Cage sudah memudar. Disini akting dia juga sangat menganggu. Dengan cerita yang seharusnya berpotensi menjadi film yang asik dengan penuh aksi. Tetapi eksekusi yang kurang tepat alhasil film ini berantakan. Dengan departemen akting yang tidak kalah buruk.

03. Alex Cross
Film Aksi detektif yang melempem. Proyek reboot yang sangat gagal. Akting Tyler Perry juga tak bagus di film ini. Terkesan ngasal saat membuat film ini. Adegan aksi yang juga pada nanggung di film ini. Hanya adegan shoot di Indonesia yang bikin meringis saat menonton film ini.

02. Project X
Found Footage dengan tema Party. Seharusnya bisa menjadi sebuah sajian menarik layaknya Hangover. Tetapi, Ini adalah film party paling tidak penting. Jika anda skip film ini saat menontonnya. Niscaya kalian tidak akan merasa kehilangan cerita film ini.

01. Ghost Rider : Spirit Of Vengeance
The Worst from them all on this year. Yah! Ini adalah Sekuel paling tidak penting yang pernah ada. Ghost Rider pertama pun tak punya premis cerita yang bisa dilanjutkan. Begitu pula kualitas di film pertama yang buruk. Ghost Rider 2 ini juga berkualitas jauh di bawah film pertamanya. Cerita yang ingin dibikin berbobot alhasil hanya film kosong lainnya. WORST!

Sekian Film Terburuk ditahun 2012. Ini menurut saya, bagaimana menurut anda? adakah yang belum masuk list? atau mungkin tak setuju dengan kriteria saya?

DOUBLE-SHOT REVIEW - Alex Cross - Stolen

Dua film kelas B keluaran hollywood dibintangi oleh banyak bintang terkenal. Stolen dibintangi oleh Nicolas Cage. Lalu, reboot film lama hol... thumbnail 1 summary
Dua film kelas B keluaran hollywood dibintangi oleh banyak bintang terkenal. Stolen dibintangi oleh Nicolas Cage. Lalu, reboot film lama hollywood Alex Cross yang dibintangi oleh Tyler Perry dan Matthew Fox. Apakah kualitas film aksi kelas B ini punya kualitas yang gemilang seiring dengan nama-nama yang membintangi film ini?
1. Alex Cross
http://cf.drafthouse.com/_uploads/galleries/23687/alex-cross-image-1.jpg 
Alex Cross menceritakan tentang seorang Detektif bernama Alex Cross yang harus berhadapan dengan penjahat kelas kakap yang telah membunuh banyak orang. Setelah sang pembenuh terkuak Identitasnya  oleh Alex Cross, pembunuh ini selalu mengusik kehidupan Alex Cross. Premis cerita yang sebenarnya bisa memberikan penontonnya betah melihat film ini. Tetapi, sayangnya Alex Cross tidak bisa mengeksekusi premis cerita yang seharusnya bisa dieksplor dan menghasilkan film yang bagus. Yah, proyek Reboot ini rasanya kurang mendapat pengelolaan dari tangan-tangan sineas hollywood yang punya jam terbang tinggi. Alex Cross hanyalah sebuah film kosong tanpa emosi. Kering kerontang. Penceritaan awal film ini sangat yang tidak teratur sama sekali. Semakin bertambahnya durasi, semakin bertambah juga goncangan cerita yang tak teratur di film ini. Saya merasakan banyak scene yang terasa loncat-loncat. Cerita difilm ini benar-benar kurang bisa diandalkan. Skrip film ini serasa dibikin dengan asal-asalan. Klimaks yang benar-benar tidak terasa sama sekali. Puncak film yang kacau balau semakin memperburuk keadaan. Setelah memiliki masalah dengan penceritaan di film ini, Film ini juga diperburuk dari departemen akting yang terasa kurang kompeten. Tyler Perry rasanya kurang sekali memberikan gimmick yang meyakinkan di wajahnya. Cara Alex Cross dalam meneliti apa yang dilakukan si penjahat saat di tempat kejadian juga tidak terasa asik sama sekali. Lalu adegan-adegan yang emosional lainnya yang juga kurang menghasilkan daya tarik. Yah, akting yang datar semakin memperparah film yang tak punya apa-apa ini. Adegan-adegan car chasing, aksi gun-shot, serta kejar-kejaran yang terasa sangat nanggung. Semua adegan aksi ini terasa tidak seru, garing, biasa, dan tidak berkesan sama sekali. Semua adegan aksi itu hambar. Lalu? Apa daya tarik film ini? Hampir tidak ada memang. Tetapi, scene akhir film ini yang di shoot di Negara kita tercinta Indonesia dengan beberapa dialog Indonesia yang setidaknya membuat saya meringis setelah saya tersiksa saat menonton film ini.
Overall, Alex Cross adalah film aksi kelas B yang seharusnya langsung saja di rilis dalam bentuk DVD. Benar-benar digarap asal-asalan. Semua unsur intrinsik film ini tidak diperhatikan sama sekali. Terima kasih telah menyiksa saya dengan film ini. One Of The Worst Movie Of The Year

2. Stolen
http://www.aceshowbiz.com/images/still/stolen-2012-image01.jpg 
Stolen menceritakan Will Montgomery seorang perampok yang baru saja keluar dari penjara. Saat baru keluar dari penjara dia sudah diincar oleh rekan kerjanya karena saat merampok dulu ada hasil rampokannya yang disimpan oleh will dan anak Will sebagai taruhannya. Klise memang cerita yang diangkat oleh film ini. Masih ingat kan "Taken" film milik Liam Neeson yang bernasibkan sama tentang anaknya yang diculik? Tetapi, Stolen seharusnya punya potensi cerita yang lebih complicated ketimbang Taken sebenarnya. Tetapi, Potensi itu tak dimanfaatkan dengan baik juga oleh si Sutradara. 15 Menit awal film ini adalah yang terbaik dari keseluruhan film ini. Sisanya? Kacau. Yah, cerita yang seharusnya memang complicated ini malah membuat film ini kebulet sendiri. Double-conflict yang tak terlaksanakan dengan baik dan rapi. Tak ada satu pun conflict yang setidaknya di eksekusi dengan baik. Film ini sangat terlihat tidak fokus saat masuk menuju klimaks dan penyelesaian. Dengan seenaknya saja masuk banyak karakter useless menyesaki layar. Pakem cerita yang menjanjikan di 15 menit awal film ini semakin lama semakin melepaskan kendalinya. Film semakin longgar saja dan tak ada cerita lagi yang bisa dinikmati. Tak jauh-jauh seperti Alex Cross, Semua berantakan. Yah! Berantakan! Kacau! Apalagi yang bisa dinikmati? Beruntung Car-Chasing di film ini langsung digarap dengan penuh adrenaline yang tinggi. Berberda dengan Alex Cross, adegan aksi kejar-kejaran dan tembak-tembakan di film ini setidaknya masih sebagai pemanis film yang begitu berantakan ini. Dan setidaknya film ini tidak terlalu menyiksa saya tak seperti Alex Cross. Film ini masih tau mau menuju kemana. Tak seperti Alex Cross. Tetapi tetap saja dua-duanya adalah kandidat film terburuk tahun ini. Lalu akting Nicolas Cage yang lambat laun semakin memudar. Yah, pesona Nicolas Cage tak lagi seperti dulu. Film-filmnya yang baru banyak sekali yang menjadi film yang buruk. Contoh di tahun ini, Ghost Rider : Spirit of vengeance yang benar-benar buruk sekali. Tak masuk akal dan tak ada nilai plusnya sama sekali. 
Overall, Stolen adalah sebuah film kelas B buruk lainnya. Tak ditontonpun anda tidak akan merasa rugi. Jualan utama di film ini yaitu aktor Nicolas Cage pun tak memberikan akting yang mumpuni di film ini. Nicolas Cage semakin memudar tiap tahunnya. One Of The Worst Movie Of The Year

Minggu, 30 Desember 2012

REVIEW - Perahu Kertas 2

Lanjutan kisah Kugy dan Keenan berlanjut ke sesi dua mereka. Perahu Kertas bagian 2 menjadi bagian penutup atau kunci dari satu kesatuan fil... thumbnail 1 summary
Lanjutan kisah Kugy dan Keenan berlanjut ke sesi dua mereka. Perahu Kertas bagian 2 menjadi bagian penutup atau kunci dari satu kesatuan film Perahu Kertas ini. Bagaimana dengan penutup kisah ini? Terajut manis seperti bagian pertama dari film ini? atau hanya penutup yang seharusnya bisa di skip jadi satu dengan film pertamanya?

Tetap menceritakan Kugy dan Keenan, mereka bertemu di acara nikah teman mereka. Kenangan-kenangan masa lalu mereka mulai terajut kembali. Tetapi, mereka sudah mempunyai pasangan masing-masing. Keenan sudah bahagia dengan Luhde. Kugy juga sudah bahagia dengan Remy. Tetapi, perjalanan Kugy ke Bali membuahkan pengalaman yang akan membuka semua kenangan itu. Kugy tak sengaja bertemu dengan Luhde dan Remi mencoba untuk menyatakan komitmennya kepada Kugy. Kugy pada saat itu bingung dengan keadaan ini semua. Dia mencoba untuk menyendiri. Keluar dari kehidupannya. Kugy masih terbayang-bayang dengan Keenan yang sempat mengisi hatinya dulu. Kugy merasa bersalah dengan Remy yang sudah menyatakan komitmennya dengan Kugy. Kenangan-kenangan masa lalu Kugy-Keenan mempersulit keadaan hubungan-hubungan yang saling bersangkutan satu sama lain disini.
Penutup yang bagus? Manis memang, tetapi rasanya bukan penutup yang baik meski juga bukan penutup kisah cinta yang buruk. Perahu Kertas 2 berjalan layaknya ombak tenang di tengah lautan. Sangat tenang. Sedikit tanjakan yang hanya sekali dan besar terjalin di akhir film ini. Tetap melanjutkan kisah mereka berdua. Tetapi tak ada scene pembuka sebagai pengingat memori penonton tentang kisah cinta mereka di bagian pertama film ini. Adegan pembuka langsung menunjukkan potongan lanjutan dari bagian pertama. Seperti sebuah babak baru dari film baru bukan sebagai sebuah lanjutan dari kisah mereka. Beruntunglah, bagian kedua dirilis tak memiliki rentang waktu yang jauh dari bagian pertamanya. Sehingga rajutan kisah kasih mereka masih terbekas setidaknya di pikiran saya. Pace cerita di awal film ini sepertinya sangat berantakan. Terkesan loncat-loncat dari scene satu dengan scene yang lain dengan penceritaan yang begitu cepat. Konflik-konflik di awal film ini memang kurang tergali dengan baik. Latar belakang dan apa tujuan Luhde datang ke Jakarta masih menyimpan sebuah tanda tanya yang besar di benak saya. Lalu dengan konflik yang sebenarnya memberikan sebuah twist yang seharusnya menarik untuk diperhatikan dan dinikmati, rasanya film ini kurang bertenaga dalam menyampaikan twist di dalam film ini. Hasilnya sajian twist yang kering tanpa adanya pengairan deras yang mengaliri konflik cerita ini. Dewi Dee Lestari sebagai penulis skenario rasanya masih perlu belajar lagi bagaimana meracik bumbu yang pas untuk mensajikannya ke dalam bentuk motion picture. Inginnya setia terhadap penceritaan di dalam novelnya tetapi rasanya tak perlu. Yang saya kira di bagian kedua bakal banyak kejadian-kejadian yang lebih bisa dinikmati terlebih bagian kedua ini tak perlu ditambahi dengan pengenalan-pengenalan tokoh lagi, ternyata hanya berisikan sebuah cerita kosong dan tambahan-tambahan scene untuk memadati durasi. Ternyata terlalu setia dengan novel juga ada minusnya. Penceritaan yang begitu bertele-tele malah membuat penonton yang bukan pembaca novelnya merasa kebosanan. Rasanya keputusan untuk membagi film ini menjadi dua bagian bukan keputusan yang bijaksana. Jangan salahkan jika sebuah film adaptasi novel ada yang sedikit diringkas. Tak terlalu setia. Tetapi juga tak terlalu mengingkari novel tersebut. Film ini masih bisa diringkas jadi satu film saja ketimbang dijadikan dua jilid.
 
Rasanya saya terlalu memojokkan hasil film ini. Beruntunglah film ini masih setidaknya mempunyai beberapa nilai plus yang ternyata juga sebagai penyelamat dari film ini. Tatanan sinematografi arahan Faozan Rizal yang ternyata masih menatanya dengan epik. Masih bisa memberikan sudut-sudut dari film ini yang indah dan menentramkan hati. Musik arahan Andhika Triyadi juga masih bisa membuat film ini menawan dan bisa mendukung jalinan kisah kasih Kugy-Keenan yang setidaknya sedikit indah. Meski terkadang kemunculan musik di film ini agak sedikit salah tempat. Para aktor dan aktris yang juga menyelamatkan film ini. Akting mereka kuat. Maudy Ayunda juga bisa menjalin chemistry yang bagus dengan aktor-aktor pendukungnya. Reza Rahardian adalah aktor aset Indonesia yang patut di acungi jempol dan juga sebagai kiblat aktor Indonesia lainnya. Akting dia sangat brilliant, kuat, dia seperti menjalani kehidupannya sendiri. Adipati Dolken pun juga melaksanakan tugasnya dengan baik meskipun saya amat terganggu dengan rambut panjangnya yang lusuh itu. Elyza Mulachela sebagai Luhde pun sebagai pendatang baru dia juga memiliki kekuatannya sendiri. Kerealistisan cerita disini juga penyelamat film ini sebenarnya. Seperti Remy dan Kugy yang sebagai pasangan kekasih dan juga atasan dan bawahan juga menunjukkan sikap yang lebih masuk akal. Profesionalisme dalam pekerjaan juga harus tetap di nomorsatukan. Tak seperti cerita-cerita di kisah cinta yang bermasalahkan sama. Para atasan akan lebih memilih untuk membenarkan kekasihnya ketimbang profesionalitasnya. Ini adalah karya milik Hanung Bramantyo yang paling lemah menurut saya. Meski film ini masih belum bisa dikategorikan film Indonesia yang buruk. Tetapi film ini juga masih kurang bisa memberikan nilai plus yang lebih dalam dalam genre drama romantis milik Indonesia. Tetapi nilai minus disini juga masih ada beberapa yang masih bisa dimaafkan sebenarnya. 
Terlepas dari itu, Overall film Perahu Kertas 2 ini masih bisa menjadi tontonan cinta yang manis meskipun tak seberapa memiliki cerita yang kuat di bagian keduanya. Maaf, bagian kedua ini menurut saya jauh kualitasnya ketimbang yang pertama. Jadi tidak masuk Film Drama Cinta Remaja favorit saya tahun ini. 

Kamis, 27 Desember 2012

REVIEW - Habibie & Ainun

Faozan Rizal, menggarap film debutannya yaitu "Habibie & Ainun" yang diangkat dari sebuah novel biografi mereka. Dibawah naung... thumbnail 1 summary
Faozan Rizal, menggarap film debutannya yaitu "Habibie & Ainun" yang diangkat dari sebuah novel biografi mereka. Dibawah naungan MD Pictures, bagaimana hasil dari debut dari Faozan Rizal yang biasanya menata sinematografi? Apakah sebagus sinematografi yang biasa dia tata? Atau hanya menjadi salah satu film Indonesia yang terkesan hanya membuang-buang uang?
http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/12/17/184375_film-habibie---ainun_663_382.jpg
Menceritakan tentang perjalanan Presiden Indonesia dimasa Reformasi yaitu B.J. Habibie (Reza Rahardian) dengan istrinya tercinta Ibu Ainun (Bunga Citra Lestari) saat awal mereka bertemu. Habibie yang dulu saat kecil dipanggil Rudy ternyata satu sekolah dengan Ainun Kecil. Rudy kecil (Esa Sigit) sebenarnya tidak suka dengan Ainun karena dijodohkan oleh guru gara-gara pertanyaan darinya yang dijawab dengan jawaban yang sama oleh mereka berdua. Lambat laun, setelah Habibie lama studi di Jerman ia pulang dan bersilaturahmi di rumah Ainun. Disinilah Habibie mulai ada ketertarikan dengan Ainun. Tak lama kemudian mereka menikah. Ainun dan Habibie benar-benar memulai hidup mereka dari nol dimana mereka sangat kesusahan dan uang secukupnya saat hidup di Jerman. Pak Habibie pun menggarap sebuah Kereta dan sangat di apresiasi dengan bagus oleh para investor Jerman. Disinilah derajat Pak Habibie mulai naik. Hidupnya sudah mulai berkecukupan. Lalu, dia ingin sekali membuat pesawat terbang untuk negaranya Indonesia. Disinilah lika-liku hidup pak Habibie. Dan disinilah peran Ibu Ainun yang selalu mendampingi pak Habibie diceritakan.
 
Saya sudah menaruh ekspektasi yang tinggi saat trailer ini mulai diputar di bioskop-bioskop. Saya yakin film ini pasti bakal bagus. Setelah menunggu lama, akhirnya film ini mulai tayang di bioskop. Semua hutang trailer ini dibayar lunas oleh sang sutradara, Faozan Rizal. Malah film ini sedikit diatas ekspektasi saya. Bagaikan air di padang pasir yang panas, Film ini layaknya angin segar bagi para penikmat film seperti saya dan tentu  angin segar bagi perfilman Indonesia. Kita semua tahu, bahwa Film Indonesia yang berkualitas bisa dihitung jari. Habibie & Ainun adalah salah satu film berkualitas lainnya di tahun ini. Faozan Rizal ternyata tak hanya pintar menata Sinematografi. Dia juga tahu betul cara mengarahkan sebuah film. Cerita Habibie & Ainun bukan film yang bertemakan cinta yang cheesy seperti biasanya. Sebenarnya yang dijual di film ini bukan sekedar romantisme antara Habibie dan Ainun saja. Melainkan, cerita historical perjuangan pak habibie yang benar-benar memulai segalanya dari nol dan bu Ainun yang dengan setia mendampingi beliau hingga ajal menjemputnya. Kisah romantisme yang mengharu biru anggaplah sebagai pemanis atau sebagai bonus dari premis cerita historical yang mungkin penuh dengan sejarah masa lalu yang tidak compatible untuk semua orang. Beruntunglah, Naskah Habibie & Ainun digarap dengan penuh ketelitian dan padat. Semua itu tertata dengan ritme penceritaan yang berjalan sesuai dengan temponya. Meski terkadang, penceritaan agak dipercepat mungkin untuk membatasi durasi film ini sehingga tidak terlalu betele-tele. Penyakit film Indonesia berkualitas yang biasanya memberikan peleraian yang kacau ternyata film Habibie & Ainun tidak terinfeksi oleh penyakit itu. Habibie & Ainun tetap menjaga ritme film ini dari awal hingga akhir. Cerita dengan sentilan-sentilan keadaan Indonesia sekarang. Membahas politik Indonesia yang tersembunyi. Serta membahas potensi bangsa Indonesia yang sebenarnya kurang digali dan malah kurang menghargai buatan Indonesia. Disinilah saya seperti dijewer, di ingatkan bahwa kita harus mencintai produk Indonesia. Memberikan pesan nasionalisme yang tinggi tetapi tak terkesan menceramahi. Dibawakan dengan penceritaan yang bisa diterima siapapun. Joke yang diberikan juga fresh. Serta gombalan atau kata-kata yang puitis tetapi tidak terlalu flamboyan dan enak untuk didengar. Jangan lupakan scoring dari film ini yang mampu menempatkan dirinya di scene-scene yang dibutuhkan. Serta membuat film ini semakin bernyawa dan menyayat hati para penontonnya. Memberikan keemosionalan cerita yang sudah melebihi batas. Serta soundtrack film ini yang dibawakan oleh Bunga Citra Lestari.
 
Satu lagi yang diunggulkan oleh film ini. Sinematografi. Yah, meskipun Faozan Rizal sudah duduk di kursi Sutradara. Tetapi, dia tetap saja memberikan suguhan Sinematografi yang epic. Dimana sudut-sudut Negara Jerman di tahun-tahun 70 hingga 80-an yang terlihat sangat kental dan sangat detail. Dia benar-benar memperhatikan setting latar cerita di film ini sehingga memberikan kekuatan film yang luar biasa. Aroma khas tahun 80-an seperti dance disco dan tempat-tempat old-school yang menjanjikan juga di shoot dengan epic oleh film ini. Pergerakan kamera mengambil gambar keindahan sudut kota-kota di Jerman juga benar-benar bagus. Dengan penggunaan tone color tema vintage di scene awal-awal, membuat penceritaan film ini semakin meyakinkan kita. Lalu penampilan luar biasa yang dari salah satu aktor terhandal di Indonesia yaitu Reza Rahardian. Reza Rahardian memberikan totalitas tanpa batas disini. Dia benar-benar mampu menggambarkan seorang Habibie dalam aktingnya. Gesture serta cara bicara khas gaya Pak Habibie sudah benar-benar dilaksanakan dengan baik. Saat trailer ini diputar, yang saya takutkan adalah akting dari seorang Reza Rahardian yang mungkin akan dibuat-buat. Tetapi anda benar-benar akan dibelokkan dengan anggapan skeptis seperti itu. Malah Reza Rahardian mampu berakting secara natural dan konsisten dengan Gesture dan Gaya Bicaranya. Bunga Citra Lestari pun melakukan hal yang sama. Dia benar-benar total saat berakting menggambarkan sosok Ibu Ainun yang kalem, selalu mendampingi Pak Habibie. Meskipun terkadang pesona Bunga Citra Lestari agak tertutupi dengan penampilan Reza Rahardian yang too shiny. Chemistry yang dibangun antara mereka berdua juga terjalin dengan bagus. Mereka benar-benar layaknya pasangan suami-istri. Mereka pasangan yang sangat menghangatkan layar. Mungkin ada beberapa hal yang menganggu disini. Yah, CGI yang belum sehalus milik sineas Hollywood. Tak apalah mungkin lambat laun CGI di film-film Indonesia akan mulai membaik (semoga). Lalu hal yang menganggu lainnya adalah Iklan yang berbicara di film ini. MD Pictures terkenal mempunyai film dengan Iklan paling banyak. Ingatlah, Ayat-Ayat Cinta yang benar-benar men-shoot banyak iklan seperti Nu Green Tea. Lalu, film Di bawah Lindungan Ka'bah, yang men-shoot Gery Chocolatos lengkap dengan kemasan jadulnya. Di film ini pun juga begitu. Iklan Gery Chocolatos yang menghiasi layar ini benar-benar menganggu kefokusan saya saat menonton film ini. Tak hanya itu saja, yang bikin saya tertawa adalah di setting tahun 2000 apakah sudah ada E-Toll? Hmm. Berpikirlah rasional MD pictures. Tetapi, mungkin itulah perjanjian antara MD pictures dengan Sponsor-sponsornya. Dan yang terakhir yaitu make up yang tak bagus dari tim make-up. Dimana Habibie dan Ainun tahun ketahun kurang kentara penuaan diwajahnya. Sehingga semakin bertambah setting tahun wajahnya tetap sama.Terlepas dari itu, Film ini benar-benar memberikan Cerita yang bagus. Menakjubkan. Satu lagi pelajaran dari film ini. True Love Still Exists in a real world. Dan kisah nyata inilah yang menjadi kekuatan tersendiri bagi film ini.
Overall, Habibie & Ainun adalah satu paket lengkap milik sineas Indonesia. Yang tidak mengesampingkan cerita, cast, scoring, atau apapun. Faozan Rizal benar-benar menggarap film ini dengan epic dan detail. Film Ini melaju sebagai Film Indonesia Terbaik di tahun 2012 ini dan menjadi film favorit saya tahun ini. Ingin sekali rasanya saya beri Standing Ovation untuk film milik Indonesia ini. Yah! Ini Karya Anak Indonesia.

Senin, 24 Desember 2012

REVIEW - The Man With The Iron Fists

Film action berbalut kolosal china dengan turun tangannya sineas hollywood. The Man With The Iron Fists yang disutradarai oleh sineas baru R... thumbnail 1 summary
Film action berbalut kolosal china dengan turun tangannya sineas hollywood. The Man With The Iron Fists yang disutradarai oleh sineas baru RZA dan diproduseri oleh Quentin Tarantino ini sedikit membuat saya tergugah. Bagaimana dengan hasilnya? Apa hanya ada adegan aksi yang ditonjolkan?


Berceritakan tentang Smithblack (RZA) yang bekerja sebagai pembuat senjata tajam. Dia harus kerja ekstra keras untuk menebus istrinya Lady Silk (Jamie Chung) di Pink Blossom tempat pelacuran terkenal yang dipimpin oleh Madame Blossom (Lucy Liy). Suatu ketika, senjata yang dibuat oleh Smithblack digunakan oleh Silver Lion dan Bronze Lion untuk membunuh ayah angkatnya. Ayah angkat tersebut adalah ayah dari Zen Yi. Silver dan Bronze Lion memburu Zen Yi atau The X-Blade untuk mendapatkan emas yang diinginkan oleh mereka. Disinilah dia bertemu dengan Jack Knife (Russel Crowe) dimana dia adalah orang inggris yang berlibur di China.
 
Tak tahu apa yang dipikirkan oleh RZA saat membuat film ini. Ini adalah film terkacau yang pernah saya lihat. RZA belum tahu benar cara mengarahkan sebuah film bahkan mengarahkan dirinya sendiri saat bermain di film ini. Saya kira kekacauan seiring waktu akan memadam. Tetapi ternyata dugaan saya salah. Kekacauan film ini semakin meningkat seiring durasinya yang bertambah. Film aksi di sini memang khas sekali. Aksi dengan menggunakan pedang, tangan kosong, gore lebih tepatnya. Tetapi cara RZA memvisualisasikan film gore ini sangat menganggu. Efek darah-darah bertebaran terlalu berlebihan. Jika The Expandables 2 saya katakan sudah berlebihan. Yang satu ini benar-benar tidak masuk akal. Saya ingat ketika adegan kepala seseorang di tendang dengan keras yang terjadi adalah kepala orang tersebut lepas dengan indahnya. No! Jelas ini benar-benar konyol. RZA juga tak tahu benar mengolah suatu naskah. Seenaknya saja dia memasukkan beberapa karakter yang sebenarnya sangat penting. Tetapi, keberadaan dan Latar belakang sangat tidak dijelaskan dengan baik. Mereka muncul secara tiba-tiba dan mengambil banyak bagian. Bahkan latar belakang dari Jack Knife ataupun Brass Body yang notabene dia adalah karakter yang sering muncul pun tak dijelaskan dengan baik. Tiba-tiba, datanglah mereka ditengah sebuah perjalanan film ini dan mereka yang mengambil banyak porsi di layar bioskop. Konflik mereka pun tak terjabarkan dengan baik. Apa tujuan dari Brass Body sehingga harus menghancurkan Jungle Village, Apa hubungan Brass Body dengan Silver dan Bronze Lion sehingga dia bisa bekerja sama? Apa hubungan karakter-karakter yang dibunuh oleh Silver dan Bronze Lion dengan emas yang mereka cari? Apa? Kenapa? itu pertanyaan yang sering muncul dibenak saya saat menonton film ini. 
 
Setelah lama berpikir dan tak menemukan hasil. Saya mencoba enjoy dengan film ini. Tapi film ini tak bisa diajak kompromi. The Man With The Iron Fists yang dijadikan judul film ini malah menurut saya hanya sebagai cameo. Saat pertengahan menuju akhir barulah saya menemukan siapa itu The Man With The Iron Fists. Dari segi cast, RZA yang notabene adalah pemeran utama dari film ini malah menurut saya hanya berperan seperti cameo. Sedikit sekali porsi dia di layar itu. Bahkan hingga pertengahan film saya baru ngeh kalo RZA adalah si Narator atau Si Smithblack. Malah Russel Crowe yang merajai layar film ini dan itu juga tak membantu betapa lemahnya film ini. David Bautista, pemain WWE Smackdown ini juga minim dialog. Hanya menunjukkan betapa kekar dan kuatnya dia di film ini. Mungkin sebagai penyelamat hanya ada Lucy Liu sebagai Madame Blossom yang berperan sangat licik sekali di film ini. Soundtrack dengan lagu rap yang amat tidak pas dengan film ini semakin memperburuk keadaan. CGI disini termasuk lumayan lah, tak sejelek breaking dawn part 2 tetapi mungkin RZA menggunakan CGI dengan Gimmick 3D yang terlihat murah yang membuat saya penggemar CGI menjadi mengernyitkan dahi. Beruntunglah, karena pertarungan akhir dari film ini yang lumayan bagus menjadi penyelamat film ini. Setidaknya film ini sangat cocok bagi anda yang suka film Action dengan adu pedang, bacok-bacokan dan lain sebagainya. Dan menurut saya Resident Evil masih lebih bagus daripada film ini meski sama-sama dikategorikan buruk. Film ini hanya sebagai project dengan menuruti ego semata. Karena RZA berperan sebagai Sutradara, Aktor Utama, sekaligus penulis naskah.
Overall, The Man With The Iron Fists adalah proyek ego yang ditangani kurang baik. Entah bagaimana ceritanya Sutradara sekelas Quentin Tarantino mau memproduseri film ini. One Of The Worst Movie Of The Year.

Minggu, 23 Desember 2012

REVIEW + 3D HFR REVIEW - The Hobbit : An Unexpected Journey

Trilogi fantastis garapan Samuel Jackson, The Lord Of The Rings memukau berbagai kalangan. Kritikus dan box office yang memuji-muji film ini... thumbnail 1 summary
Trilogi fantastis garapan Samuel Jackson, The Lord Of The Rings memukau berbagai kalangan. Kritikus dan box office yang memuji-muji film ini. Maka, Samuel Jackson memutuskan untuk membuat film prekuel dari ketiga film LOTR sebelumnya. The Hobbit pun dibagi menjadi 3 bagian. The Hobbit : An Unexpected Journey sebagai pembuka Trilogi prekuel ini apakah seberhasil Trilogi LOTR?
http://files.myopera.com/MICKEY2D/albums/7959822/Le%20Hobbit%20un%20voyage%20inattendu%20(The%20Hobbit%20An%20Unexpected%20Journey)-hq-wallpaper%201.jpg
Berlatarkan 60 tahun sebelum kejadian di Film The Lord Of The Rings : The Fellowship Of The Rings. Menceritakan Bilbo Baggins (Martin Freeman) ayah dari Frodo Baggins (Elijah Wood) dimana di saat mudanya dia baru saja kenal dengan Gandalf. Suatu ketika, Gandalf mengajaknya untuk berpetualang bersamaan dengan 13 Kurcaci. Thorin, putra dari Thror pemimpin dari semua kurcaci harus melakukan perjalanan pulang ke kerajaannya yaitu Eberor yang disempat diserang oleh Naga paling kuat yaitu Smaug. Dalam perjalanannya, mereka menemukan banyak jalan berliku. Mereka dihadang oleh Orc, masuk ke dunia Goblin, Bilbo yang bertemu dengan Gollum dan awal mula pertemuan Bilbo dengan Cincin yang diperebutkan di trilogi LOTR.
 
Jika bisa dibilang, The Hobbit ini lebih mempunyai cerita yang gampang dicerna menurut saya. Tak seperti Trilogi LOTR sebelumnya. Melampaui kualitas LOTR sebelumnya? Sebenarnya tidak bisa dikatakan bagus sekali hingga outstanding tetapi juga belum bisa dikatakan sangat buruk. Tapi Menurut saya, The Hobbit : An Unexpected Journey ini bisa dikatakan dibawah rating Outstanding sedikit. Seperti kita tahu, tak ada durasi pendek untuk film LOTR. Begitu pula dengan The Hobbit. Dengan durasi sekitar 170 menit, The Hobbit mampu memukau saya. Yah, Pengenalan karakter yang sangat detail disini menjadi kekuatan tersendiri untuk film ini. Sangat jelas disini, beberapa detail tentang Bilbo dan asal mula kenapa Bilbo yang didapuk sebagai pengikut gandalf, bertemunya Bilbo dengan Cincin dan lain sebagainya. Tetapi, Karakter yang digali disini memang sangat terfokus pada Bilbo saja. Bagaimana dengan 13 Dwarves ? Mungkin sampai sekarang pun saya tidak bisa menghafal semua nama Dwarves disini. Mungkin hanya sang pemimpin saja yaitu Thorin, dan yang setidaknya masih sering muncul yaitu si kembar Kili dan Fili. Latar belakang mereka hanya dijelaskan tentang mereka hanya sedikit saja. Malah di awal film, film ini menceritakan tentang Latar Belakang Kerajaan mereka yang diserang oleh naga yang ganas. Kadang di film ini saya masih merasakan, penceritaan yang cepat terutama di awal ketika Gandalf bertemu dengan Bilbo. Yah, disini saya kira Peter Jackson sedikit kurang fokus dan di scene Randergust, Si Penyihir Coklat. Cerita tentang Randergust yang tiba-tiba muncul dan menghilang lagi tanpa diceritakan lebih lagi saat dikejar oleh Orc. Bagaimana nasib Randergust setelah itu pun juga tidak diceritakan lagi. Yah, jangan skeptis dulu. Masih ada 2 Bagian dari The Hobbit yang akan di rilis di pasaran yang mungkin akan menceritakan lebih dan pasti tensi alur serta ketegangan yang lebih dari film ini. 
 
 Sebagai Film yang menceritakan pengenalan karakter-karakter di Trilogi The Hobbit, Film ini sukses sekali mengantarkan cerita yang menurut saya menggunakan pakem alur yang lambat. Tetapi disinilah kekuatan film ini. Alur yang lambat yang disuguhkan di film ini malah memberikan detail-detail yang benar-benar mesmerizing sekali. Adegan aksi disini juga bisa dikatakan pas dan diselipi humor-humor segar yang menghujani film ini dan membuat film ini jauh dari kesan membosankan. Dari segi teknis, Visual dari Middle Earth di film The Hobbit ini jelas lebih menakjubkan ketimbang ketiga film LOTR. Jelas sekali terlihat, efek-efek yang digunakan menggunakan teknologi yang jelas lebih canggih ketimbang ketiga film LOTR sebelumnya. Lebih Halus. Apalagi dengan menggunakan teknologi HFR 3D dimana film ini diputar dengan Frame Rate 48 fps. Dimana film normal hanya memutar dengan Frame Rate 24 fps saja. Membuat efek 3D di film ini benar-benar smooth dan seperti menontonnya langsung (diakhir pos ini akan saya review 3D-nya) meskipun terkadang smoothness dari CGI-nya jadi terasa sedikit kasar dan kurang halus dari biasanya. Cast yang benar-benar ciamik dari Martin Freeman yang memerankan Bilbo Baggins muda juga sangat iconic dengannya. Martin Freeman bemain total di film ini. Ian Mckellen yang sudah jangan diragukan lagi saat memerankan Gandalf. Lalu, Richard Armitage yang memerankan Tharin yang sangat keras kepala, kuat, patriotik raja yang khas juga berakting total disini. Scoring yang indah di film ini juga semakin menguatkan alur lambat yang disajikan di film ini. Jangan lupakan lagu dari 13 Dwarves yang dinyanyikan saat di rumah Bilbo Baggin yaitu Song of the Lonely Mountain yang sangat memorable. Dan jangan lupakan theme song dari Lord Of The Rings yang khas dan saya seperti menghirup segarnya film LOTR lagi di film ini.
Overall, melupakan segala kekurangan The Hobbit : An Unexpected Journey ini merupakan paket lengkap dari sebuah film fantasi. Banyaknya adegan aksi dengan selipan unsur komedi yang pas sekali. Serta alur lambat yang menjadi kekuatan di film ini, membuat film ini layak sekali untuk anda tonton di bioskop. Peter Jackson you still did a good-job movie.Wait for the next Hobbit Journey

Bagaimana dengan 3D-nya yang menggunakan teknologi HFR atau High Frame Rate dengan kecepatan 48 fps yang katanya akan membuat kita melihat film ini mendekati dengan penglihatan mata kita?

BRIGHTNESS
Menurut saya di film ini, tingkat kecerahannya sedikit lebih gelap ketimbang di film-film 3D lainnya.
 
DEPTH 
Inilah yang menjadi kekuatan film The Hobbit : An Unexpected Journey. Sebagai penonton anda akan disuguhi tampilan depth yang sangat luar biasa bagus. Layaknya anda menonton langsung dari jendela dan benar-benar mencengangkan. 

POP OUT 
Sayang efek Pop Out di film ini kurang digali lagi. Penggunaan seharusnya dengan penggunaan teknologi High-Frame-Rate (HFR) efek pop-out yang dihasilkan benar-benar keluar dari layar dan bagus sekali. Meski Di film The Hobbit hanya digunakan di beberapa adegan saja. Seperti burung ataupun asap. 


YES! YOU MUST WATCH IT ON 3D!!
Dengan segala teknologi barunya di dunia 3D. Film The Hobbit : An Unexpected Journey ini sangat layak anda tonton dengan format 3D High Frame Rate. Dan saya menantikan film lanjutannya yang akan menggunakan High Frame Rate dengan kecepatan 60 fps.

Sabtu, 22 Desember 2012

REVIEW - Pitch Perfect

Film Musikal dengan latar modern memang jarang yang berhasil. Universal Pictures, mengangkat sebuah cerita musikal ke layar lebar. Pitch Per... thumbnail 1 summary
Film Musikal dengan latar modern memang jarang yang berhasil. Universal Pictures, mengangkat sebuah cerita musikal ke layar lebar. Pitch Perfect, sebuah film komedi musikal modern yang mereka rilis. Apakah film ini termasuk film drama musikal yang luar biasa? atau hanya sebuah drama musikal yang penuh dengan intrik yang cheesy dan tergolong jelek? 
Menceritakan tentang sebuah Acapella grup di suatu universitas. Ada dua grup acapella di universitas ini yaitu The Treblemakers dan The Barden Bellas. The Treblemakers sering memenangkan sebuah perlombaan acapella hingga tingkat nasional. Sedangkan The Barden Bellas harus kalah ketika insiden Aubrey (Anna Camp) harus muntah ditengah pertunjukkan. Semenjak itulah The Barden Bellas semakin terpuruk. Personil lama The Barden Bella tak malu lagi ikut bergabung di grup acapella ini. Aubrey dan Chloe (Brittany Snow) harus susah payah mencari anggota baru. Bertemu lah mereka dengan Beca (Anna Kendrick), Fat Amy, dan yang lain. Disini mereka berusaha untuk mempersembahkan yang terbaik. The Barden Bellas tetap menggunakan pakem mereka dari jaman dahulu. Sehingga disaat kejuaraan Regional, dia harus kalah dan grup acapella mereka pecah. Tetapi, Mereka mendapatkan kesempatan satu kali lagi untuk maju di tingkat Nasional. Tetapi Beca yang sudah tidak kuat dengan pakem milik The Barden Bellas akhirnya melakukan perubahan total bagi The Barden Bellas agar bisa menjadi yang terbaik.
http://collider.com/wp-content/uploads/skyler-astin-anna-kendrick-pitch-perfect.jpg 
Banyak sekali film drama musikal. Tetapi kebanyakan dari semua Drama Musikal ini adalah terjebak dengan satu kata yaitu Cheesy. Cerita yang diangkat mudah ditebak dan pengembangan cerita yang itu-itu saja. Pitch Perfect merupakan suatu alternatif lain dari sebuah drama musikal. Yah, ini salah satu Film Musikal Modern terbaik yang dimiliki salah satu Studio Hollywood. Musikal disini benar-benar tidak terlalu flamboyan dan compatible bagi para lelaki ataupun wanita. Meski cerita yang diusung sebenarnya sangat cheesy dan cliche. Tetapi, Jason Moore tahu benar bagaimana cara mengarahkan film ini sehingga film ini jauh dari kesan membosankan. Pakem cerita Zero To Hero yang digunakan memang sangat casual untuk perfilman dengan genre seperti ini. Tetapi janganlah ragu dulu untuk menyaksikan film ini. Selipan unsur comedy yang sedikit dewasa sebenarnya. Meski tak seperti TED yang memang pure adult comedy. Setidaknya Pitch Perfect mempunyai joke yang casual dan compatible bagi remaja atau para orang dewasa yang mengerti sekali dengan joke-joke seperti ini. Celetukan-celetukan serta gesture para pemain yang membuat joke ini sangat fresh dan tidak crunchy seperti yang lain. Joke disini sangat bisa membuat kita tertawa terbahak-bahak dan tak ada komedi yang diulangi. Setiap komedi yang diberikan benar-benar fresh di setiap scene yang berbeda. Naskah yang diadaptasi dari sebuah novel ini memang tak sempurna. Setelah sebuah klimaks, sebuah peleraian dengan pengarahan yang terlalalikan menjadikan film ini tiba-tiba melemah. Sedikit terlihat berantakan. Tetapi, naskah perlahan-lahan mulai membaik. Pakem cerita sudah mulai kembali teratur dan tertata. 
http://cdn-images.hollywood.com/site/PitchPerfect2.jpg
Cast yang semakin memperkuat film ini seperti Anna Kendrick yang sudah membintangi beberapa film dengan kualitas yang baik. Mampu menjadi Beca yang sangat cuek dengan lingkungan sekitarnya. Anna Camp dan Brittany Snow juga mampu berkolaborasi dengan baik dan menseimbangkan diri dengan akting Anna Kendrick. Dan yang menjadi Scene Stealer disini adalah Rebel Wilson yang berperan sebagai Fat Amy. Dia sukses memerankan Fat Amy yang Ridiculous, Naughty, and Wild. Celetukan-celetukan yang membuat film ini lucu juga berasal dari Fat Amy. Nilai Plus lainnya juga dari bagian Soundtrack film ini. Bukan hanya menjadikan beberapa lagu terkenal dan di convert menjadi versi acapella saja. Melainkan menggunakan metode Mash-Up atau menggabungkan beberapa lagu sehingga membuat lagu-lagu di film ini memorable serta beda dengan produk aslinya. Recycle lagu disini benar-benar berhasil sehingga kita merasakan seperti mendengarkan sebuah lagu baru. Seperti contohnya adalah Mash-Up antara lagu Price Tag-Dont You (Forget About Me)-Give Me Everything-Just the Way You Are-Party In the U.S.A.-Turn the Beat Around yang dibawakan oleh The Barden Bellas di kejuaraan Nasional juga menjadi Masterpiece Mash-Up Song. 
Overall, Pitch Perfect merupakan Drama Komedi Musikal yang masih mempunyai beberapa unsur cheesy di beberapa bagiannya. Tetapi naskah mereka mampu memaksimalkan unsur Cheesy tersebut menjadi sesuatu yang menarik untuk diceritakan dan dinikmati. One Of The Best Comedy Movie Of the Year.

REVIEW - Frankenweenie

Kartun dengan menggunakan teknologi Stop Motion memang sudah tak jarang lagi. Tim Burton, sutradara yang mempunyai ciri khas cerita yang dar... thumbnail 1 summary
Kartun dengan menggunakan teknologi Stop Motion memang sudah tak jarang lagi. Tim Burton, sutradara yang mempunyai ciri khas cerita yang dark mencoba menggunakan teknologi itu dengan memberikan efek gambar hitam-putih pada filmnya kali ini yang berjudul "Frankenweenie". Jelas memberi warna tersendiri di perfilman animasi. Bagaimana dengan hasil yang diberikan?
 Menceritakan tentang Victor yang jarang mempunyai teman. Dia berteman dengan anjingnya bernama Sparky. Dia benar-benar mencintai anjingnya. Hingga suatu ketika, Sparky tertabrak oleh mobil dan meninggal. Victor benar-benar tidak rela dengan kematian Sparky. Guru Sains-nya memberikan sebuah metode untuk membangkitkan makhluk hidup yang sudah meninggal. Victor mencoba menggunakan metode tersebut. Apa yang dia coba berhasil dan membuat Sparky hidup lagi. Victor mencoba menyembunyikan Sparky tetapi Edgar, teman sekelas Victor mengetahui bahwa Sparky hidup kembali. Akhirnya dia menceritakan semua kepada Edgar dan Edgar meminta agar membantunya di Pekan Sains. Tetapi teman-teman yang lain iri dan mencoba menggunakan metode milik Victor dan akhirnya mereka mencobanya. Petaka-petaka membangkitkan kematian pun terjadi.
http://collider.com/wp-content/uploads/frankenweenie2.jpg 
Mengusung teknologi Stop-Motion, Tim Burton ke jalur track-nya yang benar. Memang Burton tak terlalu khawatir dengan genre ini. Karena sudah kita tahu, The Nightmare Before Christmas atau Corpse Bride yang menjadi Film masterpiece-nya.Setelah mencoba sana-sini mengarahkan sebuah film dengan kualitas yang semakin memburuk seperti Dark Shadows. Frankenweenie rasanya menjadi sebuah masterpiece dari Tim Burton di beberapa tahun ini. Dengan warna film yang cukup dengan warna Hitam dan putih meski latar waktu film ini tidak pada masa lampau, Elemen cerita di film animasi ini cukup kuat dan menepis beberapa anggapan skeptis yang sekiranya dapat menjatuhkan film ini. Hitam-Putih tidak bisa mengekspresikan suatu film dengan baik? No! anda salah. Ingatlah The Artist, Film itu benar-benar emosional malah Film tersebut tanpa dialog nyata atau Film Bisu. Begitu pula dengan Frankenweenie, dengan gambar hitam-putih Burton tau benar memaksimalkan cerita disini. Efek hitam-putih juga memperkuat isi cerita di sini malah. Cerita yang diusung memang simple dan pas sekali ditonton dengan keluarga. Juga diselipi dengan beberapa joke yang segar, serta beberapa unsur horror yang memang tak seberapa seram karena mengingat film ini ditujukan untuk anak-anak. Meski begitu, cerita yang sudah memadat diawal tiba-tiba sedikit lepas kendali dengan mulai bermunculnya alur yang seketika melambat serta diikuti dengan penyelesaian yang sedikit cepat. Serta akhir film yang terkesan klise dan gampang ditebak. Durasi film ini yang tergolong lebih cepat ketimbang film animasi lainnya mungkin jadi penyebab utama dan mungkin naskah yang ditangani lebih dikembangkan dengan hasil yang maksimal lagi akan membuat film ini lebih kuat.
http://www.notanottinghillmum.co.uk/wp-content/uploads/2012/10/Frankenweenie.jpg 
 Animasi disini juga tergolong sedikit lebih "sadis" ketimbang film animasi lain. Tau sendiri, Animasi garapan Burton memang mempunyai ciri khas yang sangat halloween atau bisa dikatakan Gothic. Tokoh dengan mata besar dan mempunyai wajah yang sebenarnya bisa membuat takut anak kecil yang menontonnya. Serta Beberapa adegan di film ini Sudah tergolong "Gore" untuk film animasi. Apalagi bagian lepasnya bagian tubuh milik Sparky ketika dihidupkan kembali. Beruntung adegan yang Hitam-Putih menyelamatkan bagian "Gore" tersebut agar compatible untuk dilihat oleh anak-anak. Karena memang film ini diperuntukkan untuk anak-anak. Sekali lagi, tak perlu pengisi suara yang punya nama dengan jam terbang tinggi. Pengisi suara di film ini mampu memberikan jiwa bagi karakter di film ini. Efek Creepy yang jelas terjalin dibagian scoring juga melaksanakan tugasnya dengan baik. Believe what you did with heart and Love people even they're not in our world again. Point itu yang sudah diberikan kepada penonton dan tercerna dengan baik sekaligus menambah esensi tersendiri untuk film ini. Burton memang selalu memberikan sesuatu yang diluar batas dan estetika yang mungkin menjadi suatu hook tersendiri bagi dia. Film ini memang sangat Tim Burton sekali dan dia menjadikan film ini sebagai salah satu Film Animasi terbaik di Tahun 2012 ini dan yang menjadi nilai plus adalah naskah film ini murni Original Idea dari Tim Burton.
Overall, Frankenweenie adalah experience lain saat menyaksikan film animasi. Ceritanya yang gothic, penggunaan warna Hitam-Putih, serta diselipi unsur Gore. Tetapi cerita yang disampaikan sangat terjalin kuat meski melemah menuju tengah dan akhir film ini. tetapi ini termasuk yang terbaik di tahun 2012 ini.

Kamis, 13 Desember 2012

REVIEW - The Possession

Di produseri oleh Sam Raimi, Ole Bornedal, sang sutradara mencoba mengangkat fenomena yang terjadi di keluarga amerika. The Possession menja... thumbnail 1 summary
Di produseri oleh Sam Raimi, Ole Bornedal, sang sutradara mencoba mengangkat fenomena yang terjadi di keluarga amerika. The Possession menjadi film horror yang berdasarkan kisah nyata. Bagaimana dengan hasil film ini? Menyeramkan? atau hanya seperti horor bertema exorcism lainnya?

Menceritakan tentang Clyde dan Stephanie sepasang suami-istri yang bercerai. Mereka mempunyai 2 anak perempuan bernama Hannah dan Emily. Emily adalah yang termuda disini. Pada suatu hari, Emily dan Hannah pindah ke rumah Clyde. Saat perjalanan, ada Yard Sale disana menjual barang-barang bekas. Emily tertarik pada sebuah kotak kayu tua dan Clyde membelikan untuknya. Saat kotak itu dibuka, hal-hal aneh terjadi pada hidup mereka terutama Emily. Ternyata setelah diusut, Kotak itu berisikan Dibbuk yaitu seperti iblis yang masuk kedalam tubuh Emily. Berbagai cara dilakukan oleh Clyde untuk mengeluarkan iblis yang bersarang ditubuh Emily. Sehingga Emily bisa hidup normal kembali. Clyde mencari informasi kesana kemari hingga bertemu dengan Tzadok yang akan membantu Clyde mengeluarkan Iblis itu dari dalam tubuh Emily.
Sudah sangat lama sekali terakhir saya menonton film horror murni bukan slasher. Insidious menjadi film terakhir yang saya tonton dengan tema seperti ini. The Possession membangkitkan semangat saya untuk menonton film horror lagi. Bagaimana dengan ceritanya? Jika anda mengira film ini akan menawarkan sesuatu yang berbeda dari segi konsep cerita sebenarnya tidak bisa dikatakan berbeda juga. The Possession membuat naskah klise itu dengan gaya penceritaan modern yang sedikit diatas meski tak sepenuhnya bagus.  Entah kenapa naskah yang ditulis sangat lemah. Konsep yang akan diceritakan sudah memiliki konsep yang bagus. Terutama awal film ini yang benar-benar hambar dan membosankan. Latar belakang Dibbuk yang diceritakan dengan sangat singkat membuat saya masih bertanya-tanya apa yang menyebabkan kotak kayu tua itu berisikan sesosok iblis jahat. Hanya saja scene pembuka itu memberitahukan tentang bahayanya kotak itu dan siapa pemilik sebelumnya. Mungkin latar belakang kotak itu akan diceritakan ditengah-tengah. Tetapi tetap saja tidak dijelaskan lagi, malah Tzadok hanya menyalahkan jika kotak itu dibuka, hanya bilang kalau kotak itu berbahaya. Pace cerita di awal yang tidak fokus terhadap apa yang diceritakan membuat saya sedikit kebosanan. Suasana mencekam pun menurut saya kurang bisa ditampilkan dengan baik meskipun sebenarnya bisa diberikan lebih baik lagi. Ketika film ini berada di paruh akhir film. Ini adalah bagian terbaik dari The Possession. Sebuah klimaks, adegan kaget-kagetan tersebar dimana-mana seperti ranjau. Mengajak kita berhati-hati dan memacu adrenaline. Mungkin diawal hanya berfokus pada cerita masuknya roh di dalam tubuh si Emily meski cerita yang disampaikan kurang kuat dan kurang mencekam.

Masih ingatkah kalian dengan Insidious? Yah, ada beberapa scene di dalam film ini yang mengingatkanku pada Film Insidious. Scene saat Emily di foto di rumah sakit dengan lampu kedap-kedip? mengingatkan saya dengan scene Insidious dimana sang paranormal memasuki dunia astral. Lalu scene dimana emily lari ke dalam ruang mayat dengan latar berwarna merah? teringat dengan scene Insidious dimana Ayah si anak kecil yang masuk kedunia Astral dan bertemu dengan si wajah api dengan latar berwarna merah juga. Jangan lupakan hubungan Ayah-Anak yang kental dikedua film tersebut. Untuk masalah aktor-aktris, tak ada nama terkenal yang menghiasi film ini. Hanya Jeffrey Dean berperan sebagai Clyde yang saya tahu. Para cast disini bermain akting dengan standar dengan cukup meyakinkan terutama Natasha Calis yang berperan sebagai Emily. Natasha Calis benar-benar scene-stealer di film ini. Scoring film ini yang cukup bisa memberikan hawa yang menakutkan untuk film ini. Meski tak se-klasik Insidious tetapi setidaknya musiknya memberikan nyawa di film ini. Seharusnya Sam Raimi turun tangan langsung membuat film ini. Ingat dibenak kita Drag Me To Hell garapan Sam Raimi yang memberikan unsur horror yang seperti The Cabin In The Woods, menakutkan dan konyol bergabung jadi satu. Meski begitu Drag Me To Hell tidak membiarkan kita bernafas lega. Karena adegan selanjutnya akan lebih membuat kita tegang. Berbeda dengan The Possession yang memberikan alur lambat di awal dan tiba mempercepat cerita diparuh akhir film. Ole Bornedal kurang bisa membawa hawa fresh dan mencekam di film ini. Sehingga sajian horror yang seharusnya bisa lebih lagi malah tersandung karena kurangnya pengarahan dari sang sutradara.
Overall, The Possession bukan berarti menjadi sajian horror klise yang bisa dilewatkan begitu saja. Masih banyak unsur menegangkan yang bisa membuat kita orgasme terhadap scene yang menakutkan. The Possession menjadi cerita yang fresh di genre exorcism. 


ads